Tuesday, August 23, 2005

Farewell


This week are the 2nd week since one of our OIC leaving. At Monday, 14 Aug 2005 we held a farewell party for him. This farewell party should be going on secrecy, as we planed to suprise him. At his last days in Meulaboh we plan to ignore him and show no tendency that we will held a farewell for him, but it appeared then that he could not be neglected *sigh. He looked so depressed and sad when it seemed that everyone did not pay any attention regarding his leave, so that he decided to make his own party. Knowing this matter we decided to give him a clue that we did plan to make some kind of party for him, but what kind of party and where it will be held still on secrets ^^

In preparing the party we formed up some team to carry on their on task. Some will be in charge for decoration, some for food and drinks, some for the party itself, etc. I myself was given task to go to every agency I know to get as much as signature for our big banner. Some staff from the Children Center who did the drawing, and I must say that it is really a nice one.

When it came the day for the party, everyone was coming to give a farewell to him. The party was opening with dance performance by some children from one of the Children Center. After the dance show, it was continued by some farewell speech from some of our representatives and also from our man of the day himself. From what I could heard, I thought that we all agreed he really is a good man, not only a good OIC, but also a good colleague and friend for us all. Not to mention that he also became a good tutor because he taught so many thing for us all.

So, farewell Seamus Mac Roibin. We really hope to see you again and could meet and work together again someday. Hope all the best for you.


Also I must say farewell for Guy Kalustov also, who all of sudden had to leave to his home country a week before. Because all of the sudden we can not give you a proper farewell. But we hope all the best for you too (who teach us how to be a good team player and have an integrity to carry on our jobs).

Goodbye once again for both of you ^^.

note: I hope to attach more pictures on my next post

Sunday, August 14, 2005

A Friend's Wedding

"Will you come at his wedding today?" tanyaku pada tetangga kantorku (Hi neighbor ^^).
"Ya, sure, when will you go?"
"At 12?"
"OK"

...

Yap, hari Sabtu kemarin seorang rekan kantor kami menikah. Percakapan kecil tersebut terjadi pada pagi harinya. Perbincangan yang semula hanya sekedar membicarakan siapa saja dan kapan akan berangkat berkembang menjadi bincang-bincang yang semakin hangat hingga mengarah cukup serius. Apakah pernikahan itu perlu? Pertanyaan inilah yang kemudian menjadi perbincangan yang cukup serius diantara kami.

Dalam dunia timur, bila anda berusia menjelang 30 dan belum menikah, terutama bagi wanita, maka anda harus bersiap-siap bertemu dengan sejuta pertanyaan dari keluarga, teman dan masyarakat. Pertanyaan yang berintikan kenapa masih single. Bagi anda yang di kota besar mungkin orang sudah tidak terlalu peduli lagi. Akan tetapi di banyak daerah di Indonesia kepala 3 dan masih lajang adalah hal yang patut dipergunjingkan.

Apakah menikah itu suatu obligasi, suatu keharusan? Sepertinya pandangan masyarakat secara umum di Indonesia masih menganggap menikah itu adalah suatu keharusan, sehingga bila kita melajang saat usia kepala 3 tentunya hal ini menjadi beban tersendiri bagi kita.

"Kok kamu tiba-tiba memutuskan untuk menikah?"
"Aku kan memang harus menikah, sudah waktunya"
"..."

Sekilas percakapan seperti ini semakin sering kita jumpai di antara mungkin rekan kerja kita, teman ataupun saudara kita. Suatu hal yang semakin menguatkan pendapat kami bahwa masih banyak yang menganggap bahwa pernikahan adalah suatu obligasi. Hal ini akan berbahaya ketika beban dan tekanan akibat melajang menjadi lebih besar daripada pertimbangan seseorang. Tentunya akan mengkuatirkan bila orang memutuskan untuk menikah karena suatu keharusan dan bukan karena pertimbangan yang masak (atau cinta mungkin ..?). Sehingga berakibat ketidakbahagiaan pada akhirnya.

"Someday you will feel that you want to get married, you'll know it" ungkap seorang teman lain.

Tidak bermaksud menaifkan bahwa banyak orang yang tentunya menikah juga atas dasar pertimbangan yang masak (dan cinta mungkin ..?), seperti ungkapan seorang rekan tersebut. Akan tetapi pernikahan dengan dasar yang kuat adalah mutlak perlu. Pernikahan yang dilakukan bukan atas dasar keterpaksaan. Baik keterpaksaan maupun tekanan keluarga, rekan, ataupun diri kita sendiri.

"Pernah nonton film Bachelor gak?"
"Yap, lucu emang film nya"
"Yang menarik itu penggambaran apa pandangan pria tentang pernikahan ..."

Bagi anda yang belum menonton film Bachelor (atau mungkin sudah lupa), dalam film tersebut digambarkan saat sang tokoh utama pria mendengar kata pernikahan dalam otaknya terbayang puluhan mustang (kuda liar) berlarian dengan gembira, dan tiba-tiba ada sebuah tali laso melayang dan seekor kuda pun terjatuh karena terjerat laso tersebut.

Dalam film tersebut sang tokoh utama pria merasa bahwa pernikahan adalah suatu hal yang mengikat, suatu keterpaksaan. Akan tetapi di akhir film akhirnya tokoh tersebut menemukan alasan kenapa dia harus menikah. Bukan alasan lebih tepatnya tapi dia menemukan bahwa dirinya ingin menikah dengan wanita yang dicintainya tersebut.




Kami akhirnya berangkat dalam dua rombongan untuk menghadiri pernikahan rekan kami tersebut. Pernikahan yang cukup meriah, apalagi bagi kami yang belum pernah melihat pernikahan dalam adat tersebut, cukup menarik. Dan ...

"Why do people have to get married?" kata seorang rekan kami tiba-tiba.
"Hmm, yea I can not see why" sahut seorang rekan yang lain.
... bla bla ...

"arrrgggggggghhhhh, not again" batinku. Dan terpaksa aku pun kembali mendengar dan terlibat dalam percakapan tersebut. (hey, yap, aku terlibat, jadi aku menikmati percakapan itu juga ternyata ^^ )

note: sorry gambarnya gak jelas, karena gak ada image editor yg bagus, jadi hanya pake MS Paint, pecah saat dikecilin