Friday, July 29, 2005

One Day at Our Office

Pagi ini aku datang ke kantor sedikit pagi karena ada beberapa staff yang akan bertugas keluar kota pada hari ini. Dan aku harus menyiapkan beberapa peralatan yang akan mereka bawa. Tahunya ketika sampai di kantor listrik mati, dan generator kami tidak menyala. Segera aku ke tempat generator, bermaksud untuk menyalakan generator.

...

"arggghhhh, where's the f***in key" aku berteriak dalam batin. Aku kaget juga melihat kunci generator tidak ada di tempatnya. Yap, untuk menyalakan generator juga butuh kunci seperti kita menyalakan mobil atau motor. Segera aku keluar untuk bertanya kepada seorang security kami apakah dia melihat kunci generator tersebut.

"Pak, lihat kunci generator nggak ya?"
"Nah itu, saya tadi mau nyalain generator tapi gak ada kuncinya, saya pikir disimpan bapak."
"argghhhh!!!"

Buset dah, batinku sebal, masak kunci generator ilang sih. Segera aku bertanya kepada security kami siapa saja yang mungkin membawa kunci tersebut. Kemudian security kami pun berlalu untuk menanyakan kepada security yang lain, siapa tahu ada yang membawa kunci generator tersebut. Selang beberapa saat kemudian aku mendapat kabar bahwa memang tidak ada yang mengetahui keberadaan kunci tersebut.

Untung tak seberapa lama listrik kembali menyala, sehingga kami tidak memerlukan kunci tersebut lagi, paling tidak untuk saat itu. Dan beruntung juga seharian ini kami tidak mengalami mati lampu. Akan tetapi sampai sore ini belum ada tanda keberadaan kunci tersebut.

Menyebalkan, itu saja kesimpulanku. Masak kunci generator saja ilang sih. Emang kunci itu mau dipake untuk apa? Kalo generatornya yang ilang, paling tidak masih maklum, karena generator bisa dijual. Lah ini kuncinya, emang kuncinya bisa dijual? Sekali lagi ini menyebalkan. Atau mungkin alasan pengambilan kunci generator ini dimaksudkan untuk melakukan semacam sabotase? Kenapa? Ato mungkin juga hanya orang iseng, mungkin ingin bikin kalung pake kunci? Apapun alasannya tetap menyebalkan . . . .

Sunday, July 24, 2005

Hari Anak


"dam dum dam dum ... " kudengar suara marching band sedang berlatih dan pemanasan menjelang dimulainya children march dalam rangka hari anak ini.

Enam bulan setelah tsunami, dan kehidupan sudah mulai berjalan normal di kota Meulaboh ini, meski mungkin belum sepenuhnya. Minggu kemarin ini juga adalah minggu pertama dimulainya tahun pelajaran baru bagi anak sekolah. Pada hari minggu ini diadakan children march (arak-arakan anak) untuk menyambut hari anak.

Arak-arakan ini cukup ramai, dan mungkin adalah arak-arakan terbesar di Meulaboh setelah tsunami. Cukup ramai dan anak-anak yang mengikuti juga terlihat cukup antusias. Terlihat banyak anak memakai baju daerah, ataupun juga kostum tertentu seperti baju polisi, nelayan dan sebagainya. Suara marching band yang terus melantunkan lagu-lagu membuat suasana cukup meriah. Sayang kemeriahan ini sedikit 'ternoda' dengan mundurnya jadwal keberangkatan akibat menunggu seseorang untuk membuat pidato pembukaan, atau kata sambutan istilah kerennya (*sigh). Kata sambutan yang disambut dengan cuek oleh anak-anak (hehe, anak-anak gitu loh, mana ngerti sambutan yang birokratis seperti itu). Iring-iringan kemudian mulai bergerak, dan sepanjang jalan juga masyarakat cukup antusias menyaksikan. Banyak orang tua yang juga turut dalam barisan untuk mengawasi dan menjaga anak-anaknya.

Aku jadi teringat ketika kecil dahulu aku juga pernah ikut arak-arakan seperti ini. Ketika TK aku ingat aku sangat antusias untuk mengikuti acara seperti ini, sampai menangis merengek-rengek minta dibelikan kostum dan peralatan untuk mengikuti pawai. Namun sayangnya aku malah sakit, sehingga ketika tiba hari H aku tidak bisa ikut pawai tersebut (*damn). Ketika beranjak remaja, kegiatan pawai yang dulunya aku sukai malah berubah menjadi kegiatan yang aku benci. Pawainya sendiri mungkin menyenangkan, karena juga menjadi kesempatan kita bisa beramai-ramai bersama kawan-kawan menjadi pusat perhatian masyarakat. Tapi segala aturan dan formalitas yang terjadi membuatku membenci kegiatan tersebut. Dalam kegiatan perayaan 17 Agustus, ataupun dalam hari-hari besar negara kami yang lain, sering kami diharuskan untuk ikut upacara yang entah maknanya tidak pernah kami ketahui. Juga sering kami 'dipaksa' oleh bapak ibu guru kami untuk mengikut pawai dengan kostum yang ditentukan, yang mungkin tidak diketahui adalah bagi sebagian orang mencari kostum bukanlah kegiatan gampang dan murah. Belum lagi tak jarang kami tidak menyukai kostum yang kami pakai. Kemudian tak jarang kami juga 'dipaksa' untuk mendengar kata sambutan yang bertele-tele (arrrgggghhhh). Demikianlah kegiatan yang seharusnya menjadi kegiatan pesta rakyat dan kegiatan yang menyenangkan bagi kami malah berubah menjadi mimpi buruk.

Pada hari ini aku sedikit banyak menjadi kasihan kepada anak-anak yang diharuskan untuk menggunakan berbagai kostum (yang mungkin tidak mereka sukai). Belum lagi mereka yang terpaksa harus menunggu seorang 'bapak' demi mendengarkan pidato pembukaan, yang saya tidak yakin anak-anak itu mengerti. Menurut saya dunia anak semestinya adalah dunia yang menyenangkan, penuh kebebasan, tanpa perlu terikat segala macam formalitas dan tetek bengek. Formalitas yang mungkin perlu bagi orang dewasa (meski saya juga tidak yakin), tapi tidak bagi anak-anak. Bagi anak-anak yang terpenting adalah mereka dapat tertawa dan menikmati apa adanya.

Hidup anak-anak, fifa children, wherever you are ^^

(meski saya mengakui yang menulis ini adalah seorang yang sudah berumur kepala dua, sehingga mungkin yang saya tulis tentang anak-anak ini salah, mungkin seharusnya ini ditulis oleh seorang anak-anak betulan. Ah tapi kan saya juga sering dibilang kekanak-kanakan oleh teman-teman ^^ hehehe)


Untuk yang berulangtahun tanggal 24 Juli ini: Selamat ulang tahun, now I could see your point. Thank you for everything you had told me and shared with me ^^

Thursday, July 21, 2005

5.6 Skala Richter

" ... grfbgghhgg .. "(*)
"Earthquake!" kata bosku, aku yang semula terdiam dan masih belum sepenuhnya menyadari apa yang terjadi serta merta berdiri dan segera bergegas keluar bangunan. Staff-staff yang lain pun menyadari adanya gempa dan segera berlari keluar.

Yap, telah terjadi gempa pada hari ini, 21 Juli 2005, pk 08.42 di Meulaboh ini, dengan pusat gempa berada 17 km sebelah tenggara Meulaboh, dengan kekuatan 5.6 SR berdasarkan informasi dari BMG. Hanya singkat memang, sekitar 5 detik mungkin yang terasa, tapi terasa cukup besar mengingat pusat gempa yang tidak terlalu jauh dari kota ini. Reaksi masyarakat yang kemudian terjadi sedikit mendapat catatan disini.

Segera setelah terjadi gempa, masyarakat segera keluar dari bangunan, dan beberapa mulai mengambil kendaraan baik motor maupun mobil. Dari seorang driver kami, aku kemudian tahu bahwa orang-orang tersebut bermaksud untuk menjemput keluarga atau anaknya yang berada di luar. Anak-anak yang sedang belajar di sekolah segera dijemput oleh ayah atau ibunya, demikian juga mereka yang sedang bekerja segera dijemput oleh pasangan atau anggota keluarganya yang lain. Jalanan pun segera penuh oleh mereka yang ingin segera menjemput anggota keluarganya. Aura kepanikan sedikit terasa saat aku melihat nyaris terjadi tabrakan antara sepeda motor dan sebuah mobil toyota kijang tak jauh dari tempat kami berdiri.

Tak berapa lama kemudian dari radio VHF yang kami bawa, kami mendengar bahwa pusat radio akan segera melakukan pengecekan ke setiap agency kami. Mengingat aku bertanggungjawab untuk IT dan komunikasi, dan kami belum memiliki radio operator sendiri, maka aku segera bersiap untuk melaporkan keadaan kantor saat radio cek nanti. Sebentar kemudian pusat radio mulai melakukan radio cek, berturut-turut dari Alpha Base, Charlie Base, dst. Saat agency kami dipanggil maka segera saya melakukan laporan bahwa kantor dan staff yang ada dalam kondisi baik. Dari radio aku mendengar berturut-turut tiap agency lain melaporkan keadaannya, dan syukurlah dari yang aku dengar semua dalam keadaan baik.

Kemudian aku segera melaporkan gempa yang terjadi ke kantor Banda Aceh, sekaligus juga untuk menukar informasi apakah juga terasa gempa di sana. Dari Banda Aceh aku mendapat informasi bahwa di Banda Aceh hanya terjadi gempa kecil. Berdasarkan hal tersebut aku menduga bahwa pusat gempa tidaklah jauh dari Meulaboh. Dari situs BMG kemudian aku ketahui kalo memang pusatnya hanyalah 17 km sebelah tenggara Meulaboh.

Setelah keadaan tenang, aku kemudian baru merasa lemas, dan aku baru sadar kalo aku sebetulnya juga panik, atau mungkin inilah yang disebut dengan post traumatic (?). Mungkin juga ^^. Tapi syukurlah semuanya dalam keadaan baik hari ini.

"This is not our time gentleman, this is not our time." (meminjam kata-kata Robert E. Lee dalam film God and General saat beliau nyaris terkena ledakan meriam).

(*) ilustrasi gempa bumi, meski perasaan sih gak nyambung sama sekali ^^

Monday, July 18, 2005

Minggu Basah

"Kita harus cari rumah lagi nih, tapi jangan yang bermasalah dengan air seperti kemarin" cetus salah seorang kawanku di rumah kontrakan.
"Iya, betul, dulu kita gak ada air, pam gak jalan, sekarang malah kelebihan, alias banjir, buset dah" sahutku menimpali.
...

Itulah sekelumit pembicaraan pada pagi hari setelah peristiwa pengungsian kami pada malam sebelumnya akibat banjir di rumah. Yap, kami terpaksa mengungsi dari rumah pada malam Jumat minggu kemarin akibat banjir yang menggenangi rumah kami. Minggu kemarin adalah minggu yang basah, hampir setiap hari terjadi hujan yang cukup besar di Meulaboh ini. Padahal pada minggu-minggu sebelumnya selalu panas, hingga 40 derajat celcius di siang hari. Namun, minggu pada kemarin jangankan panas, mataharipun hanya beberapa kali mendapat kesempatan memperlihatkan dirinya.

Pada hari kamis tersebut, mulai dari hari Rabu malam sebelumnya, hujan turun terus menerus sepanjang hari. Kadang memang sedikit terang, meski masih gerimis, tapi selebihnya hujan deras mengguyur. Malam itu aku dan seorang kawan dari Banda Aceh, yang kebetulan menginap di tempat kami untuk sementara, pulang ke rumah, dan mendapatkan rumah kami telah tergenang air hingga 20-30cm. Tidak parah memang, tapi masalahnya semua kasur di rumah kami diletakkan di lantai, tidak menggunakan dipan. Belum rata-rata kawan-kawanku meletakkan hampir semua barang-barangnya di lantai.

Aku dan kawanku memasuki rumah dan mendapati sebuah kasur sudah mengapung, beberapa CD dan DVD, panci, dan beberapa barang lain terlihat mengapung. Kami pun segera mengangkat beberapa barang sebisa kami dan meletakkannya di tempat yang agak tinggi. Meski sudah terlambat. Tak berapa lama kemudian seorang kawan kami yang lain datang, beserta dua orang kawan dari Banda Aceh yang juga bermaksud menginap di tempat kami.
"Gile, kalian kebanjiran? Jadi gak bisa nginap sini dong" kata mereka sambil tertawa.
"Iya nih, kayaknya kami sendiri harus cari tempat lain deh" kata kawanku.

Jadilah mereka kembali ke penginapan mereka, dan kami bertiga membereskan beberapa barang terlebih dahulu sebisa kami. Jam telah menunjukkan pukul 10.24, tapi mobil jemputan tak juga kelihatan. Kalau tidak hujan sih kami tidak masalah jalan kaki ke rumah 1 (tempat penginapan bila ada staff datang). Berhubung hujan masih cukup deras, terpaksa kami menunggu mobil kantor untuk menjemput (mengevakuasi) kami ke rumah 1.

Tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti dan "Oy, ngopo kowe? Kebanjiran yo?". Terdengar suara orang dengan logat jawa yang cukup aku kenal baik. Anak yogya, staff dari agency tetangga kami, yang tak jauh dari tempat kontrakan kami. Mereka pun menawarkan untuk membawa kami ke rumah 1 dengan mobil mereka. Fiuhh, untung juga, jadi kami tidak perlu menunggu lebih lama. Terlebih dengan adanya para lintah (Betul, l i n t a h, yap, bukan lintah darat, tapi lintah beneran..) yang mulai melancarkan serbuan memasuki rumah, kami tidak ingin lebih berlama-lama lagi berada di situ.

...

Hari minggu kemarin kami pun beres-beres rumah, dan menjemur baju, kasur, dan barang-barang lain yang basah. Korban materi pun lumayan banyak, mulai dari charger hp, charger radio, baterai cadangan, buku-buku, dll. Meski demikian salah seorang kawan kami berujar masih untung hanya korban materi, masih bisa diganti, masih jauh lebih baik daripada kena tsunami, demikian katanya. Memang betul yang dikatakannya, banjir ini masih belumlah ada apa-apanya dibandingkan tsunami yang melanda kawasan ini pada akhir tahun lalu.

Meulaboh, 18 Juli 2005

For Hotel Delta Base crew, thanks for your help ^^ Nice

Monday, July 11, 2005

Computer Addict

Oh my God* .. ! Itulah kata-kata yang sekejap terlintas di benakku ketika aku terjaga pagi ini. Kenapa? Masalahnya adalah ketika aku terjaga di antara alam mimpi dan dunia nyata (ceileee). Ketika itu aku merasa melihat jam ku, 07.10, "OK, waktunya mandi, mana nih tombol next nya" batinku. Dalam benakku terbayang aku mencari-cari tombol next, dan ... "Oh my God". Seketika aku terjaga, dan sedikit tertawa memikirkan apa yang barusan terjadi.

Pertanyaannya adalah "Apakah aku sudah sedemikian kecanduannya akan komputer?" ("Am I really addicted to computer?"). Sejenak aku kembali mengingat apa yang ada di benakku ketika itu. Aku teringat jelas dalam benakku "OK, aku harus mandi nih", dan dalam bayanganku diantara sadar dan tidak tanganku menggerakkan tombol mouse, mencari-cari tombol next. Maksudnya tombol next untuk mandi. Aku tertawa mengingat ini, sekaligus juga sedikit khawatir kalau aku sudah benar-benar kecanduan komputer.

Tapi sepertinya menarik juga bila kehidupan ini semuanya dapat kita jalankan hanya dengan mengklik tombol next, yes or no, confirm, ok ... ^^
Kebayang ada keluar jendela pop up: "Are sure want to take a bath?" Lalu ada tombol pilihan "Yes" dan "No". Kita klik "Yes", kemudian muncul jendela progress bar menandakan sejauh mana pekerjaan tersebut diselesaikan. "10%, 20%, 30%, ..., and 100% done!". Muncul jendela pesan baru "You already take a bath. Proceed to main menu?" dan seterusnya.

Bahkan dalam hal pekerjaan mungkin, "Are you sure to take this job?" "Yes or No". Bahkan yang paling ekstrem, suatu hari muncul kotak pesan di layar kita "You already in the end of your life. Goodbye and nice to meet you." Tidak ada tombol apapun lagi, hanya ada pesan di bawahnya "Your system will be shutdown in any minute."

Ah, jadi ngelantur, tapi menarik bukan? Alangkah mudahnya bila semua aksi dalam kehidupan kita dapat kita kendalikan dari command post kita, dari otak kita. Kita hanya perlu membuat pilihan-pilihan di otak, dan kita tidak perlu benar-benar pergi atau melakukan sesuatu. Semuanya terjadi hanya dalam sebuah kotak seperti Internet Explorer, dan kita hanya melihat semuanya, seperti bermain CM (Championship Manager**). Bahkan mungkin kita bisa merestart kembali bila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita.

Mungkin bila kehidupan ini berjalan seperti itu, kita akan lebih banyak menjumpai risk taker dan petualang dalam kehidupan kita. Kita bisa merestart bila tidak sesuai, jadi kenapa takut? Begitulah kira-kira. Akan tetapi sayang kehidupan tidaklah seperti itu. Kehidupan adalah seperti panah yang sekali dilepaskan dari busurnya hanya dapat bergerak ke satu titik menuju tujuannya, tanpa dapat bergerak kembali. Ataukah tidak?

Di lain pihak mungkin sisi baiknya bila kehidupan berjalan seperti itu, seperti bermain CM di layar komputer, adalah kita dapat menjadi pihak ketiga yang melihat karakter yang kita mainkan. Dalam beberapa titik di kehidupan kita, saya rasa kita perlu bersikap seperti itu. Kita ambil sedikit jarak, terlepas dari karakter kita, dan melihat diri kita dari luar diri kita. Saya rasa hal ini baik untuk kita berpikir lebih jernih, dan mungkin melepaskan diri dari kepenatan kita. Bukankah hidup ini adalah mengenai pilihan? Setiap saat dalam hidup kita, kita membuat pilihan-pilihan. Dimana satu pilihan yang kita buat akan membawa kita ke pilihan yang lain, hingga ke ujung akhirnya "Game Over".

Hanya bedanya dalam kehidupan nyata kita, semuanya terjadi secara real time***, kadang kita tidak mempunyai waktu untuk menimbang semua pilihan kita. Berbeda tentunya bila kita bisa melakukan pause**** dan berpikir sejenak. Akan tetapi itulah kehidupan kita, real time. Bagaimana kita dapat membuat pilihan yang terbaik dalam setiap saat? Menurut saya hanya ada satu cara, berlatihlah membuat pilihan!. Seiring dengan berjalannya waktu tentu kita dapat membuat pilihan dengan baik. It's human nature. Pertama kali saya bermain Warcraft III*****, semuanya harus saya hapal, tapi seiring semakin sering bermain, semua pilihan dan apa yang harus saya lakukan dapat berjalan dengan otomatis sepanjang permainan, saya tidap perlu berpikir lagi.

Kurang lebih begitu pulalah kehidupan ini. Mungkin bagi beberapa orang, lebih baik kita melakukan segala sesuatu dengan teratur dan terencana, semuanya harus kita pikirkan benar-benar. Itu bagus tentunya, tapi saya rasa kehidupan ini terlalu singkat untuk itu. Bila kita harus memikirkan semuanya, ada dua kemungkinan: kita memiliki kehidupan yang sempurna, atau kita mempunyai rencana yang sempurna, tetapi kita kehabisan waktu. Perfect plan, but it's too late = useless. "Good plan today is better than a perfect plan tomorrow!" kata George S Patton. Saya setuju dengan beliau, kita ambil pilihan yang terbaik saat ini, dan jalani.




by a Computer Addict,

Meulaboh, 11 Juli 2005


* Oh my God : diucapkan dengan o mai got, bukan o mai gat. Dengan sedikit aksen Irish. Kenapa? Hanya kedengarannya lucu, saya mendengar ini dari orang Irish rekan di kantor. Funny ^^
** Championship Manager : game permainan sepakbola di komputer, dimana kita mengatur sebuah tim sepakbola, mulai dari jual beli pemain, sampai strategi/pola permainan. Kita hanya perlu memainkannya dengan mengklik pilihan-pilihan di layar.
*** realtime : game yang bersifat kontinyu, kita dan lawan melakukan permainan secara seiring, tidak bergantian. Bila kita lambat sangat mungkin lawan mendahului kita.
**** pause : dalam game istilah ini berarti salah satu pemain menghentikan permainan sejenak.
***** Warcraft III : game strategi, dimana kita memainkan satu ras, dalam satu peta. Kita dituntut untuk membangun pasukan, mencari sumber daya, dan bertujuan untuk menghancurkan musuh kita secepat mungkin. Game ini bersifat realtime.

Image Windows XP Shutdown : This image are belong to it's respective owner, Microsoft.

nb: Untuk yang berulangtahun hari ini, Happy birthday sist ^^

Sunday, July 10, 2005

1 2 3, angkat ... !

Duh, capeknya diriku hari ini. Akhirnya setelah beberapa minggu non stop tanpa refreshing, ceileee, kesannya bener-bener kerja keras, padahal sih nyante aja, cuman emang sih gak ada hiburan selain nonton DVD di komputer and dengerin lagu, garing gak sih. Anyway, akhirnya kami jalan-jalan juga ke pantai, pantai Sinagan. Sebetulnya ini jalan-jalan yang kedua selama di Aceh. Ketika di Banda Aceh kami juga jalan-jalan cukup jauh, Tsunami Tour, kalo kata ex bos IT kami di Banda Aceh. (You already in Norway bos? nice to be back home again eh? good luck ^^).

Jadi ingat ketika di Banda Aceh, waktu itu karena menunggu jatah pesawat ke Meulaboh, aku harus transit 3 hari di Banda Aceh. Kebetulan waktu itu bos IT kami di Banda Aceh akan pulang ke kampung halamannya di Norway, karena kebetulan kontrak dengan kami sudah habis, dan dia ingin pulang. Oleh karena itu, jadilah aku dan orang-orang IT lain diajak jalan-jalan, makan dsb. Cukup asik. Banyak hal menarik ketika itu, apalagi bagiku ini adalah pengalaman baru pergi jauh dari kampung halaman. Di samping itu juga, 3 minggu terakhir sebelum itu benar-benar masa yang melelahkan, maklum aja mesti beresin kerjaan di kantor lama, dan pindahan rumah, capek banget rasanya. Sehingga rasanya senang sekali bisa jalan-jalan, sekedar melepas penat.

Salah satu hal yang paling menarik adalah adanya sebuah kapal di tengah kota Banda Aceh. Yap, betul, kapal di tengah kota. Dan bukan sekedar kapal, tapi kapal yang cukup besar, kapal itu merupakan salah satu kapal pembangkit listrik untuk Aceh, PLTD Apung. Duh, sayang tidak ada fotonya. Yang cukup mengagumkan adalah kapal tersebut terdampar jauh di daratan, mungkin sekitar 3 km dari pantai, tapi tidak mengalami kerusakan berarti. Adanya kapal ini di tengah kota menjadikan banyak orang tertarik untuk melihat tempat ini, sehingga cukup ramai. Dan kemarin aku baca koran Serambi, ada pasangan yang mengadakan pernikahannya di atas kapal ini. Menarik juga.

Kembali ke Meulaboh, hari ini kami oleh Head of Office kami diajak ke pantai untuk refreshing. Jadilah kami rombongan satu mobil pergi ke pantai. Sepanjang perjalanan menuju ke pantai, aku banyak melihat bekas-bekas tsunami dan juga gempa bumi. Banyak masih kami melihat tenda-tenda dan bangunan darurat di sepanjang perjalanan kami ke sana. Cukup suram. Tapi ketika kami sampai ke pantai, semua kesan suram itu terhapus akan keindahan pantai di sana. Sebetulnya dibandingkan dengan pantai Parangtritis di Yogya, pantai Kuta di Bali, memang masih kalah indah. Akan tetapi yang membuat tempat ini menarik adalah tempatnya yang masih asli dan sepi. Sehingga seolah-olah pantai tersebut adalah milik kami, dan dapat kami nikmati sepuasnya.

Menurut bapak-bapak driver yang mengantar kami ke pantai, sebetulnya garis pantai tersebut dulunya bukan di situ, tapi akibat tsunami sehingga garis pantainya lebih ke dalam sekitar 400-500 meter. Aku ingat di Banda Aceh driver kami juga menyebutkan hal yang sama, bahkan di beberapat tempat pantai masuk hingga 1 km lebih.

Ketika kami sampai, segera kami mencari tempat untuk nongkrong. Entah dapat ide darimana, Field Officer kami mengajak untuk mengangkat satu balok kayu besar untuk duduk. Buset dah, kayunya cukup besar bow ^^. Jadilah kami yang cowok-cowok, berenam, mengangkat balok tersebut. 1 2 3, angkat ...!, kata bos kami memberi aba-aba dengan aksen yang aneh, maklum bukan orang Indo. Lumayan jauh juga kami mengangkatnya, sekitar 70-80 m. Cukuplah untuk pemanasan dan bikit perut makin laper.

Segera setelah mengatur letak balok tersebut. 2 orang dari kami segera melepas baju dan langsung berlari menuju pantai dan langsung mencebur di antara ombak. Buset dah, batinku, dasar orang bule .. ^^. Tapi mereka berdua memang kelihatan cukup jago berenang, di antara ombak itu terlihat mereka asik berenang bolak-balik ke pantai. Duh sayang aku gak bisa berenang, jadi pengen. Jadilah aku dan seorang kawan hanya bermain ombak di tepi pantai, tapi cukuplah membuat kami basah kuyup dan penuh pasir ^^. Menyenangkan. Teman kami yang dari Irlandia hanya tertawa melihat kami dan asik mendengarkan lagu dari iPod nya. Ketika aku tanya apa dia mau berenang juga, dia tertawa dan menjawab "not a f****in way". Setelah itu dia menjelaskan kalau dia sebelumnya pernah kesitu dan terseret ombak cukup jauh, nyaris tenggelam, tapi untung ada teman-teman lain yang jago berenang dan menyelamatkannya. Mendengar itu aku jadi berhati-hati untuk tidak bermain ombak terlalu jauh.

Kami juga mengadakan permainan bola kecil-kecilan, yang kembali membuat kami penuh pasir akibat jatuh bangun di tepi pantai yang berpasir tersebut. Ketika hari menjelang siang kamipun makan siang di tepi pantai tersebut. Nasi dengan ikan goreng dan udang bakar, terasa agak aneh bercampur sambal dan pasir maupun garam. Tapi berhubung kami semua sudah kelaparan jadi kami makan saja ^^.

Selepas makan, kami pun beranjak pulang. Terlihat beberapa mobil, baik dari NGO lain, maupun mobil pribadi mulai berdatangan. Kata temanku memang kalau sore pantai ini sudah mulai ramai, apalagi malam sabtu atau malam minggu seperti ini.

notes: Gambar di atas bukan gambar pantai Sinagan, hanya aku ambil secara acak dari internet, sekedar ilustrasi ^^

Meulaboh, 10 July 2005

Memancing Dengan Umpan Kecil

Pelajaran akan hidup tidak ada hubungannya dengan gelar dan jabatan. Pagi ini aku terlibat perbincangan dengan salah seorang staff kami, seorang security. Mula-mula kami membicarakan akan kontrak beliau yang sedang diperbarui. Kontrak tersebut seluruhnya menggunakan bahasa Inggris. Yang kemarin beliau meminta saya menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Dalam perbincangan tersebut saya mengungkapkan keheranan saya dan atasan saya kenapa kontrak tersebut dalam bahasa Inggris seluruhnya, mengingat Bapak tersebut tidaklah bisa menggunakan Bahasa Inggris sama sekali. Kami pikir minimal kontrak tersebut harus dibuat rangkap dua, 1 bahasa Inggris, dan 1 dalam bahasa Indonesia.

Saya tanya ketika itu ketika menandatanganinya apa beliau mengerti apa yang tertera dalam kontrak tersebut. "Yang saya tahu sih cuman angkanya, hahaha" katanya seraya tertawa. Saya pun tertawa mendengar jawaban Bapak tersebut. Dari pembicaraan ini kami kemudian berbincang mengenai banyak hal. Mulai dari panasnya udara di Meulaboh ini, hingga ke banyak hal lain.

Salah satu hal yang menarik adalah ketika beliau berbicara mengenai pengalaman kerjanya. Ketika dulu bagaimana dia mulai dari bekerja dari bengkel dan kemudian bekerja di suatu perusahaan listrik. Beliau mengungkapkan sebetulnya bila dilihat dari pendapatan, ketika bekerja di perusahaan listrik ini justru pendapatannya lebih kecil daripada sebelumnya. Kenapa dia mau bekerja di perusahaan listrik tersebut, adalah karena beliau merasa perlu untuk menambah pengalaman dan keahliannya. Di samping itu beliau juga percaya bahwa karir adalah bersifat akar mengakar seperti mata rantai. Dengan bekerja di perusahaan listrik ini, disamping mendapatkan pengalaman baru, beliau juga berharap untuk memperluas pergaulannya. Kalau istilah kerennya menambah koneksi. Dan memang menurut beliau setelah beberapa lama bekerja di sana, beliau pun mulai mendapatkan kenalan dan pekerjaan-pekerjaan baru, seiring dengan itu pendapatannya pun bertambah.

Beliau juga menekankan akan pentingnya untuk mengatur penghasilan kita dan menabung semampu kita. Bagian mana yang harus kita gunakan untuk orang lain, seperti misalnya untuk keluarga kita. Bagian mana yang harus kita tabung, dan mana yang harus kita gunakan untuk keperluan kita. Beliau juga mengingatkan akan pentingnya memberikan sebagian penghasilan kita untuk keluarga, terutama orangtua kita. Bukan jumlahnya yang penting, tapi maknanyalah yang penting, ungkap beliau. Lebih bagus bila kita mungkin memberikannya dalam bentuk barang atau sesuatu yang kita tahu sedang dibutuhkan. Ini merupakan tanda perhatian terhadap keluarga, dan di lain pihak juga untuk menunjukkan bahwa kita telah benar dapat hidup mandiri.

Mengenai pekerjaan beliau juga menambahkan agar kita tidak takut menjalani pekerjaan kita, selama itu halal. Karena beliau yakin apapun yang kita lakukan akan membawa kita ke suatu tempat. Pengalaman yang telah kita alami suatu ketika akan memberikan manfaatnya yang besar tanpa kita sadari. Mulanya mungkin kecil dan kelihatan sepele, tapi siapa yang tahu kemudian hari. Beliau mengungkapkannya dengan kata-kata 'dengan umpan kecil mendapatkan hasil yang besar'. Mungkin ini sebenarnya pepatah dari bahasa Aceh, yang bila diterjemahkan mungkin tidak pas. Tapi maknanya kurang lebih dapat saya tangkap.

Orang bisa mendapatkan gelar dan jabatan yang tinggi, tapi dalam hal pelajaran hidup, setiap orang saya percaya memiliki pengalaman dan pelajarannya masing-masing. Masalahnya adalah bagaimana kita bisa belajar dari pengalaman dan pelajaran orang lain.

Sekali lagi : "stay hunger, stay foolish"

Sunday, July 03, 2005

Awal Sebuah Perjalanan


Semilir udara pagi terasa sejuk mengalir di kedua belah sayapku. Kusapa mentari yang mulai malu-malu menyinarkan cahayanya.
"Hai sang surya, bagaimana dengan istirahatmu tadi malam?"
"Istirahat? Ah sahabatku, aku tidak mengenal kata istirahat. Bila aku beristirahat kehidupan akan berhenti di bumi. Mungkin suatu hari nanti aku bakal beristirahat, tapi tidak sekarang" ujar mentari lembut.
"O begitukah?" sahutku, sejujurnya aku tidak mengerti apa yang dikatakannya.
"Sudahlah sahabatku, tidak usah dipikirkan" katanya sambil tersenyum lembut, mengerti dengan kebingunganku.
"Maafkan aku, aku memang tidak paham dengan ucapanmu. Yang aku tahu tanpa dirimu pohon-pohon tidak dapat tumbuh, bunga-bunga tidak akan mekar, buah pun tidak akan ada. Dan aku tidak dapat makan. Aku mengerti tanpa dirimu, kami tiada."

"Hmm, bagus, rupanya sahabatku ini seorang pemikir juga" sahut mentari dengan senyumnya.
"Tidak, aku hanya melihat apa yang terjadi di sekitarku saja" jawabku.
"Ya, bagus untukmu" sahut mentari lagi.
"Tapi aku tidak mengerti kenapa engkau bilang tidak pernah beristirahat. Benarkah itu? Aku rasa setiap makhluk pasti membutuhkan istirahat"
"Haha, rupanya rasa ingin tahumu besar juga. Hmm, anggap saja waktu istirahatku masih amat sangat lama. Waktuku berbeda dengan dirimu sahabat" jawabnya tetap penuh teka-teki.
"Ya, aku tetap tidak paham, tapi aku juga sedang tidak ingin banyak berpikir, sudahlah. Aku hanya ingin menikmati suasana pagi ini" jawabku. Pagi ini memang aku tidak ingin sudah harus banyak berpikir, aku hanya ingin menikmati suasana saja.

"Bagus untukmu" katanya sambil tersenyum. "Banyak makhluk yang selalu berpikir sepanjang hidupnya, tapi tidak pernah berhenti sejenak saja untuk merasakan dan menikmati keajaiban yang ada di sekitarnya. Ambil dan gunakan waktumu, karena bila tidak dia akan lewat begitu saja"
"Mendengar bicaramu, engkaulah yang pemikir, bukan aku" kataku sambil tersenyum.
"Hahaha, benar-benar. Sudahlah, aku tidak akan mengganggumu lagi sahabat. Teruskan perjalananmu. Kemanakah engkau akan pergi?"
"Aku akan terbang ke barat, kudengar ada kawanan yang akan terbang ke selatan. Mungkin aku bisa bergabung"
"Engkau hendak pergi? Tidakkah engkau memiliki kehidupan yang cukup nyaman di sini sahabatku?"
"Benar, engkau benar. Di sini aku sudah cukup nyaman. Aku mempunyai banyak . Daerah ini juga sudah aku kenal dengan baik. Mencari makanpun aku tidak berkesusahan. Tapi aku merasa ada yang kurang. Dan aku ingin pergi ke tempat lain, menemukan apa yang kurang dari diriku ini"
"Begitu. Tidak banyak yang seperti engkau sahabat. Baiklah, bila itu yang menjadi kata hatimu, ikutilah sahabatku. Aku ada di atas sini melihatmu, dan kuharap engkau mendapatkannya" katanya tersenyum.
Lagi-lagi aku merasakan teka-teki di balik senyumnya. Tapi sudahlah, dia memang selalu begitu. Mungkin juga benar apa yang dibilangnya, bahwa waktunya berbeda dengan diriku. Tiada satu makhluk pun yang tahu berapa umurnya sebenarnya. Ketika ditanya dia hanya akan tersenyum, dan berkata lebih dari yang dapat kalian bayangkan. Jadi bila memang dia sudah ada begitu lama, mungkin dia sudah memiliki kebijakan yang lebih dari kami semua. Begitulah, selalu misterius. Lebih misterius daripada sang rembulan di malam hari.
"Baiklah, selamat jalan sang surya" kataku."Selamat jalan juga sahabatku" katanya sambil berlalu.

Sekilas masih kudengar rumpun pepohonan di kejauhan mengucapkan salamnya kepada mentari pagi. Kukepakkan sayapku sedikit lebih kuat, dan akupun berlalu.


Cerita ini baru dimulai, kita akan kembali melihat perjalanan sang 'aku' berikutnya ...

Saturday, July 02, 2005

1st week in Meulaboh

Duh, rasanya kangen deh dengan buku-bukuku. Agak menyesal juga kemarin waktu kesini gak bisa bawa banyak buku. Mana malam mingguan jauh dari kampung halaman, di kota yang masih berusaha bangun dari kesakitannya. Ya, Meulaboh dahulunya kota yang besar, kata orang disini sih, aku belum pernah kesini sebelumnya. Semenjak bencana 26 Des 2004, kota ini sekarang memang sudah jauh lebih baik. Di sini kita sudah cukup mudah mencari barang-barang kebutuhan kita. Jalanan pun sudah ramai. Tetapi tetaplah belum bisa disamakan dengan Banda Aceh. Di Banda Aceh sudah banyak tempat makan yang bisa kita kunjungi. Lagipula di Banda Aceh kita sudah bisa lebih bebas berjalan-jalan tanpa perlu mengikuti banyak prosedur seperti di sini.

Sepertinya aku mulai merasa agak bosan juga disini. Karena praktis disini kami tidak bisa kemana-mana, lagipula karena masih dianggap daerah bencana kami juga tidak bisa berjalan-jalan seenaknya. Terpaksa deh aku lebih banyak di kantor atau di rumah, mencari kesibukan dengan laptopku, eh pinjeman dari kantor sih sebenernya ^^. Duh, sayang deh gak bawa banyak buku (lagi lagi dech ^^).

Tapi aku merasa bersyukur juga dengan kepergianku kemari. Banyak pengalaman baru yang aku dapat disini. Bertemu dan bergaul dengan orang-orang baru. Saat ini selain orang Meulaboh, di sini juga banyak expatriat (bule, kalo orang inggris bilang), banyak juga orang dari berbagai tempat di Indonesia. Kadang juga bahasa menjadi hambatan di sini. Sering ketika menemani bosku yang orang rusia ke lapangan, aku harus menjadi penterjemah. Kadang juga lucunya terjemahannya tidak sekali tapi dua kali. Pernah kejadian kami pergi ke lapangan, kami harus bicara dengan orang setempat yang empunya rumah. Eh rupanya beliau tidak lancar bahasa Indonesia. Alhasil setiap bosku bicara, aku terjemahkan ke bahasa Indonesia, kemudian oleh driver kami diterjemahkan lagi ke bahasa Aceh. Menarik, dan sedikit lucu. Mana kadang aku juga terjemahan bahasa Inggrisnya ngawur, hahaaha. Kalau mendengar sih lumayan lancar, giliran aku harus terjemahkan balik ke bahasa Inggris pasti gelagapan deh. Hehe.

Aku merasa bersyukur juga karena dengan begini aku mendapatkan suasana baru. Meskipun kalo dari sisi pekerjaan cukup melelahkan. Tidak berat, tapi karena kami masih di daerah berstatus emergency, jam kerjanya lumayan banyak. Kami harus standby di kantor dari jam 8 pagi s.d. jam 7 malam dari hari Senin s.d. Sabtu. Tapi kalo dipikir juga ketika di Bandung justru lebih melelahkan. Memang jam kerja waktu di Bandung hanya jam 8 sampai jam 5, tapi bila dihitung juga perjalanan wah, dari jam 6 pagi sampai jam 8 malam. Lebih capek deh.

Senangnya juga banyak peralatan baru yang aku temui disini. Bahkan ada alat-alat IT yang sebelumnya aku belum pernah lihat sama sekali ^^. Jadi kadang aku merasa gaptek juga disini, hehe. Di sini radio menjadi sarana komunikasi utama selain selular. Akupun jadi harus belajar komunikasi radio. Keren juga, karena tiap kami disini mempunyai callsign sendiri. Kayak di film-film hollywood deh. Bravo Foxtrot one to Bravo Charlie Three dst ..., keren, meski kadang sebel karena musti nginget callsign orang ^^.

Ada pengalaman menarik juga dengan salah seorang security di sini. Beliau cukup ramah, banyak bercerita. Dan aku rasa sangat terbuka. Seringkali sih kami di IT direcoki oleh beliau, bertanya gimana pake komputer, apa ini, apa itu. Yang menarik dari beliau menurutku beliau, meskipun sudah cukup berumur, tapi tidak segan untuk bertanya ke kami-kami ini yang jauh lebih muda dari beliau. Keterbukaannya untuk menyerap hal baru seperti anak kecil lah yang menarik. Kadang kita yang sudah merasa 'tua' sering merasa gengsi bila harus bertemu hal baru. Seperti diriku juga, baru kepala dua, tapi udah sering gengsi bila harus bertanya ini itu tentang teknologi baru. Ya, seperti jadi diingatkan juga bahwa kita senantiasa harus siap belajar dan mengakui keterbatasan kita. Keterbatasan adalah hal yang wajar bagi kita manusia, jadi kenapa malu ^^. Kata Steve Jobs juga: "stay hunger, stay foolish". Kurasa kata-katanya cocok untuk konteks ceritaku ini.

Begitulah kisahku hari ini, eh minggu ini. We'll see again lah.

Dari kantor yang mulai sepi,

Meulaboh, 2 Juli 2005

Terimakasih Tuhan, telah membawaku ke pengalaman baru dan menyapaku ... .