"Kita harus cari rumah lagi nih, tapi jangan yang bermasalah dengan air seperti kemarin" cetus salah seorang kawanku di rumah kontrakan.
"Iya, betul, dulu kita gak ada air, pam gak jalan, sekarang malah kelebihan, alias banjir, buset dah" sahutku menimpali.
...
Itulah sekelumit pembicaraan pada pagi hari setelah peristiwa pengungsian kami pada malam sebelumnya akibat banjir di rumah. Yap, kami terpaksa mengungsi dari rumah pada malam Jumat minggu kemarin akibat banjir yang menggenangi rumah kami. Minggu kemarin adalah minggu yang basah, hampir setiap hari terjadi hujan yang cukup besar di Meulaboh ini. Padahal pada minggu-minggu sebelumnya selalu panas, hingga 40 derajat celcius di siang hari. Namun, minggu pada kemarin jangankan panas, mataharipun hanya beberapa kali mendapat kesempatan memperlihatkan dirinya.
Pada hari kamis tersebut, mulai dari hari Rabu malam sebelumnya, hujan turun terus menerus sepanjang hari. Kadang memang sedikit terang, meski masih gerimis, tapi selebihnya hujan deras mengguyur. Malam itu aku dan seorang kawan dari Banda Aceh, yang kebetulan menginap di tempat kami untuk sementara, pulang ke rumah, dan mendapatkan rumah kami telah tergenang air hingga 20-30cm. Tidak parah memang, tapi masalahnya semua kasur di rumah kami diletakkan di lantai, tidak menggunakan dipan. Belum rata-rata kawan-kawanku meletakkan hampir semua barang-barangnya di lantai.
Aku dan kawanku memasuki rumah dan mendapati sebuah kasur sudah mengapung, beberapa CD dan DVD, panci, dan beberapa barang lain terlihat mengapung. Kami pun segera mengangkat beberapa barang sebisa kami dan meletakkannya di tempat yang agak tinggi. Meski sudah terlambat. Tak berapa lama kemudian seorang kawan kami yang lain datang, beserta dua orang kawan dari Banda Aceh yang juga bermaksud menginap di tempat kami.
"Gile, kalian kebanjiran? Jadi gak bisa nginap sini dong" kata mereka sambil tertawa.
"Iya nih, kayaknya kami sendiri harus cari tempat lain deh" kata kawanku.
Jadilah mereka kembali ke penginapan mereka, dan kami bertiga membereskan beberapa barang terlebih dahulu sebisa kami. Jam telah menunjukkan pukul 10.24, tapi mobil jemputan tak juga kelihatan. Kalau tidak hujan sih kami tidak masalah jalan kaki ke rumah 1 (tempat penginapan bila ada staff datang). Berhubung hujan masih cukup deras, terpaksa kami menunggu mobil kantor untuk menjemput (mengevakuasi) kami ke rumah 1.
Tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti dan "Oy, ngopo kowe? Kebanjiran yo?". Terdengar suara orang dengan logat jawa yang cukup aku kenal baik. Anak yogya, staff dari agency tetangga kami, yang tak jauh dari tempat kontrakan kami. Mereka pun menawarkan untuk membawa kami ke rumah 1 dengan mobil mereka. Fiuhh, untung juga, jadi kami tidak perlu menunggu lebih lama. Terlebih dengan adanya para lintah (Betul, l i n t a h, yap, bukan lintah darat, tapi lintah beneran..) yang mulai melancarkan serbuan memasuki rumah, kami tidak ingin lebih berlama-lama lagi berada di situ.
...
Hari minggu kemarin kami pun beres-beres rumah, dan menjemur baju, kasur, dan barang-barang lain yang basah. Korban materi pun lumayan banyak, mulai dari charger hp, charger radio, baterai cadangan, buku-buku, dll. Meski demikian salah seorang kawan kami berujar masih untung hanya korban materi, masih bisa diganti, masih jauh lebih baik daripada kena tsunami, demikian katanya. Memang betul yang dikatakannya, banjir ini masih belumlah ada apa-apanya dibandingkan tsunami yang melanda kawasan ini pada akhir tahun lalu.
Meulaboh, 18 Juli 2005
For Hotel Delta Base crew, thanks for your help ^^ Nice
No comments:
Post a Comment