Norway bombing, bom bali, bom marriot, pelepasan gas maut (lupa namanya) di stasiun bawah tanah Jepang dahulu, dan lain sebagainya, bila mau kita tarik satu garis persamaannya, maka tak pelak itu adalah EKSTRIMISME.
Namanya EKSTRIMISME ini tidak pandang bulu, tidak pandang baju, tidak pandang akidah, iman, agama, ataupun pandangan hidupnya.
Bila kita lihat, si tersangka pelaku pembunuhan massal di Norway, Anders Behring Breivik ini, adalah orang yang melek teknologi, minimal adalah penggemar video game perang, yang dalam asumsiku minimal dia kenal konsol game atau komputer, yang artinya kemungkinan besar melek teknologi dan internet juga.
Ada sedikit ulasan pelaku melakukan kenekatannya karena dia suka game perang.
Pertanyaannya, bila dikatakan bahwa dia nekat melakukan tindakan kejinya itu karena dia suka game perang, apakah benar demikian? Karena pada kenyataanya ada jutaan penggemar game perang lainnya tapi yang melakukan kekejian sepeti si Breivik ini hanya segelintir. Sekedar informasi, salah satu judul game perang yang digemari, Call of Duty, telah laku jutaan kopi, belum game-game perang lainnya yang cukup banyak jumlahnya. Jadi penggemar game perang tentu jumlahnya minimal adalah jutaan hingga belasan juta orang. Dari angka-angka ini tentunya agak sulit dinyatakan bahwa penggemar game perang identik dengan mendorong penggemarnya untuk bertindak keji.
Dari salah satu berita di kompas, "Siapa Anders Breivik Si Penebar Teror", dapat dibaca bahwa tersangka, Anders Breivik, juga orang yang melek internet.
Hal ini terus terang yang menarik bagi saya. Orang melek internet, minimal dalam pandangan saya, tentunya adalah orang yang melek informasi, di dalam internet informasi apapun dapat kita ketemukan.
Ini menariknya, kenapa orang yang melek informasi, dapat bertindak seekstrim itu? Bukankah dengan melek informasi asumsinya orang tersebut seharusnya lebih terbuka dan lebih menghormati perbedaan? Hal ini mengingat sebagai netizen tentu orang tersebut terbiasa berhadapan dalam dunia yang tidak hanya multikultural tapi juga multipaham dan multi-multi lainnya.
Fenomena Norway, dan beberapa kasus lainnya, sedikit banyak memperkuat pandangan saya dahulu bahwa keterbukaan informasi, salah satunya yaitu melalui media internet, yang idealnya membuat masyarakat semakin terbuka, malah sebaliknya kadang, sebagai salah satu eksesnya, juga menjadikan orang semakin extreme.
ALASANNYA?
Di dalam keterbukaan informasi, terutama dengan adanya media internet, segala macam informasi, baik positif-negatif, kiri-kanan, akan mudah kita ketemukan. Permasalahannya hanyalah informasi seperti apa yang ingin kita cari. Bila ada pepatah orang melihat hanya melalui kacamatanya, bila orang berpandangan A, sadar tak sadar ia akan mencari dan menemukan segala macam informasi yang mendukung pandangan A nya tadi.
Hal ini pulalah yang terjadi dengan si Anders Breivik ini. Pada dasarnya Anders Breivik mungkin telah memiliki pandangan yang ekstrim kanan, dengan akses informasi yang dimilikinya, alih-alih ekstrimnya berkurang malahan menjadi semakin kuat yang kemudian berkulminasi di peristiwa Norway tersebut.
SEMUA INFORMASI ADA DI INTERNET, TINGGAL INFORMASI SEPERTI APA YANG ANDA INGIN BACA DAN TEMUKAN!
Pun demikian juga halnya dengan peristiwa-peristiwa lain seperti bom bali dan lain-lain. Bukan tidak mungkin bahwa pelaku juga adalah orang yang melek informasi. Bila anda memang berniat menjadi pembom, di internet juga banyak informasinya. Dan bakal ada banyak pandangan dan informasi penguat keyakinan anda tersebut.
Sebelum salah ditafsirkan, PERLU DIGARISBAWAHI bahwa KETERBUKAAN INFORMASI, salah satunya dengan media internet, DENGAN SEGALA EKSES NEGATIFNYA, MASIHLAH MEMILIKI BANYAK HAL POSITIF BAGI UMAT MANUSIA.
Saya pribadi percaya bahwa ini memang salah satu fase yang musti dilalui umat manusia untuk kemajuan. Hanya saat ini tidak akan saya bahas. OK, lanjut ...
YANG PERLU DIGARISBAWAHI JUGA, dalam era keterbukaan informasi seperti ini, IDENTITAS PRIBADI dan KEKUATAN PRIBADI menjadi hal yang sangat penting. Karena hal inilah yang menjadi landasan utama bagaimana PRIBADI membentuk KEDIRIANNYA.
Apakah kita akan menjadi seperti Anders Breivik yang lain ataukah kita akan menjadi PRIBADI TERBUKA yang POSITIF, semuanya hanya bisa kita temukan di dalam DIRI KITA SENDIRI, bukan di INTERNET atau di LUARAN SANA.
Sebagai sedikit penutup untuk tulisan kali ini, saya pernah membaca satu tulisan yang intinya semacam ini:
We still live in hedgehog world. We can not live too close with one another without risking getting hurt. Seperti hedgehog yang tentunya tidak bisa terlalu berdekatan satu sama lain karena durinya. Pun demikian kita manusia. Keterbukaan informasi telah memaksa kita umat manusia untuk menjadi sangat dekat satu sama lain dengan hilangnya jarang dan sekat penghalang. Hanya kadang kita mungkin lupa bahwa kita masih sangat mudah terluka, dan dengan demikian mungkin kita tak sadar pula untuk semakin mempertebal kulit dan cangkang kita supaya tidak terluka, meskipun itu berarti melukai orang lain, seperti ekstrimnya tragedi Norway.
Sedikit permenungan saja.
ps: sebelum ngelantur, aku tutup aja ceramah ini, hanya rasanya gatel untuk nulis ini karena kepikiran dan sudah utang ke teman untuk nulis ^^
ps2: tulisan ini sejatinya ditulis untuk sebuah bahasan di sebuah trit di Forum Kompas, tapi rasanya menarik juga untuk di-share di sini
Showing posts with label Life. Show all posts
Showing posts with label Life. Show all posts
Wednesday, July 27, 2011
Monday, August 11, 2008
And Justice For All
Semenjak pindah ke Jakarta, sedikit demi sedikit saya merasakan adanya pengaruh aura materi ke dalam diri saya. Entah kenapa, tiba-tiba saya merasakan dorongan untuk bisa lebih, lebih, dan lebih (terutama secara materiil), saya menyebutnya aura materi. Saya tidak tahu kenapa bisa seperti itu, mungkin karena adanya cultural shock, dari daerah yang notabene tidak ada apa-apa, ke daerah yang serba gemerlap, jadi ya lihat apa2 jadi serba pengen, hehe .. Apalagi ketika berjumpa dengan rekan-rekan kuliah atau sma dulu, yang ketika bertukar nomer hape yang membuat hape tercinta saya langsung terlihat butut dengan gemerlapnya hape mereka, yang entah sudah lengkap dengan fasilitas 3G, 3.5G, PDAphone, kamera resolusi tinggi, touchscreen dan entah fasilitas apalagi yang membuat saya menjadi gagap teknologi .. gaptek. Juga ketika di kantor, saya sempat tergagap2 ketika harus berhadapan dengan pertanyaan2 dunia saya seputar blackberry (atau entah apa namanya itu), laptop terbaru, dll. Yang untung selalu bisa dipecahkan dengan call ke service center .. (thanks mas/mbak service center). Belum lagi beberapa kali dimintain tolong temen nyari komputer, laptop, dan beberapa pernak-pernik (gadget) lain - lain .. Yang cuman bisa bikin geleng-geleng ngeliatnya .. plus bikin ngeces2 ..
Keinginan untuk serba lebih juga didorong ketika tahu bahwa biaya pendidikan sekarang sudah selangit, biaya yang dulu cukup untuk kuliah+makan setahun sekarang cuman cukup untuk masukin anak ke SD. Belum lagi biaya fasilitas kesehatan, harga rumah dll yang semakin tinggi. Mau tidak mau ini membuat kami, saya dan istri, mulai berpikir untuk berinvestasi dan mendapatkan penghasilan lebih demi kelangsungan keluarga. Tuntutan yang sebelumnya tidak begitu terasa ketika saya di daerah, ternyata langsung terbentur ketika di Jakarta. Jakarta yang begitu gemerlap dengan segala fasilitas dan harganya.
Di lain pihak, setiap kali berjalan pulang atau berangkat ke kantor, saya melihat tukang koran, para pengojek yang berebut penumpang, anak kecil dan orang tua yang menjadi peminta-minta. Saya merasakan adanya suatu konflik di batin, yang di satu sisi saya melihat gampangnya uang diperoleh dan dihamburkan, sedangkan di lain sisi saya melihat bagaimana orang benar-benar harus berjuang dan sering bahkan mengorbankan harga diri dan etika demi beberapa lembar rupiah. Di sisi yang lain juga saya sangat bersyukur kepada-Nya atas segala kemurahan-Nya kepada kami sekeluarga. Dalam diskusi-diskusi kecil, sering saya menyuarakan sarkasme dan kegetiran saya kepada pemerintah yang saya anggap sudah buta dan tidak adil. Sering juga berdiskusi mengenai apa yang bisa kita lakukan, sekecil apapun itu.
Rasanya apapun itu saya belum menemukan jawaban dari hal ini. Padahal mah kata salah seorang kawan saya: be part of the solution, not the part of the problem. Halah, tapi kok ya gak gampang. Di satu sisi ada kewajiban untuk survive, terutama survive nya keluarga, di satu sisi ada benturan dilema dan keinginan untuk berbuat sesuatu merubah keadaan yang ada. Tapi yang pasti kita hanya bisa berusaha maju, meski kadang kita sadar bahwa kita salah, but that's life :)
Keinginan untuk serba lebih juga didorong ketika tahu bahwa biaya pendidikan sekarang sudah selangit, biaya yang dulu cukup untuk kuliah+makan setahun sekarang cuman cukup untuk masukin anak ke SD. Belum lagi biaya fasilitas kesehatan, harga rumah dll yang semakin tinggi. Mau tidak mau ini membuat kami, saya dan istri, mulai berpikir untuk berinvestasi dan mendapatkan penghasilan lebih demi kelangsungan keluarga. Tuntutan yang sebelumnya tidak begitu terasa ketika saya di daerah, ternyata langsung terbentur ketika di Jakarta. Jakarta yang begitu gemerlap dengan segala fasilitas dan harganya.
Di lain pihak, setiap kali berjalan pulang atau berangkat ke kantor, saya melihat tukang koran, para pengojek yang berebut penumpang, anak kecil dan orang tua yang menjadi peminta-minta. Saya merasakan adanya suatu konflik di batin, yang di satu sisi saya melihat gampangnya uang diperoleh dan dihamburkan, sedangkan di lain sisi saya melihat bagaimana orang benar-benar harus berjuang dan sering bahkan mengorbankan harga diri dan etika demi beberapa lembar rupiah. Di sisi yang lain juga saya sangat bersyukur kepada-Nya atas segala kemurahan-Nya kepada kami sekeluarga. Dalam diskusi-diskusi kecil, sering saya menyuarakan sarkasme dan kegetiran saya kepada pemerintah yang saya anggap sudah buta dan tidak adil. Sering juga berdiskusi mengenai apa yang bisa kita lakukan, sekecil apapun itu.
Rasanya apapun itu saya belum menemukan jawaban dari hal ini. Padahal mah kata salah seorang kawan saya: be part of the solution, not the part of the problem. Halah, tapi kok ya gak gampang. Di satu sisi ada kewajiban untuk survive, terutama survive nya keluarga, di satu sisi ada benturan dilema dan keinginan untuk berbuat sesuatu merubah keadaan yang ada. Tapi yang pasti kita hanya bisa berusaha maju, meski kadang kita sadar bahwa kita salah, but that's life :)
Friday, November 30, 2007
Potret Kehidupan 4
Jari tangan TKW dipotong majikannya karena terlalu lama memotong rumput. Kejadian pemotongan ini sendiri terjadi pada bulan Maret lalu, namun baru dilaporkan pada 29 November 2007 ini di Pontianak.
Kejadian ini selengkapnya dapat dibaca di http://www.kompas.com/ver1/Nusantara/0711/29/234744.htm.
Kejadian ini selengkapnya dapat dibaca di http://www.kompas.com/ver1/Nusantara/0711/29/234744.htm.
Thursday, November 22, 2007
Potret Kehidupan 3
"Mah... mah... papah tadi di jalan ketemu sama si X, temen papah kuliah dulu itu lho... tau nggak mah, masa dia ke kantor naik sepeda.. kasihan sekali kan mah... padahal dia udah sekian tahun kerja masa cuma kebeli sepeda doang... nggak kaya papah nih, Alhamdulillah udah bisa nyicil motor Jialing..."
"Oh... si X, iya mamah tau, dia itu kan aktivis komunitas 'bike to work', pah... dan btw papah tau nggak sih harga sepedanya?"
"berapa emang?"
"mmm.... mending papah duduk dulu, trus ini minum air putih dingin dulu ya... biar tenang..."
"berapa mah, berapa?"
"....." (menyebutkan harga)
"HAAAH...?? HUANJREEEEET! !!!!!"
ps: cerita ini dari saya cuplik dari blog lain, jadi TM dan hak cipta tetap sama beliau.
"Oh... si X, iya mamah tau, dia itu kan aktivis komunitas 'bike to work', pah... dan btw papah tau nggak sih harga sepedanya?"
"berapa emang?"
"mmm.... mending papah duduk dulu, trus ini minum air putih dingin dulu ya... biar tenang..."
"berapa mah, berapa?"
"....." (menyebutkan harga)
"HAAAH...?? HUANJREEEEET! !!!!!"
ps: cerita ini dari saya cuplik dari blog lain, jadi TM dan hak cipta tetap sama beliau.
Monday, November 19, 2007
Traffic oh traffic ....

"Huah, diamput ... " Barusan saya nyaris, lagi-lagi, keserempet motor. Saya baru saja selesai istirahat makan siang dan dalam perjalanan menuju ke kantor. Seperti biasa saya naik motor, dan seperti biasa juga saat mau menyeberang jalan dari gang kecil yang biasa saya lalui menuju gang kecil menuju kantor di seberang jalan, saya memilih untuk bersabar menunggu sampai lalu lintas sedikit sepi baru menyeberang. Saya tengok kiri kanan, sambil sedikit memundurkan motor memberi jalan anak SD dengan sepedanya lewat di depan saya, setelah saya melihat jalan sepi, hanya ada 1 motor lagi, itupun masih cukup jauh seingat saya, saya pun menyeberang. Eh saat saya di tengah jalan tiba-tiba ada motor menyelonong nyaris menyerempet. Padahal saya sudah nyalain lampu sein, dan jelas-jelas dalam posisi menyeberang. Seharusnya kan dia bisa lewat di kiri saya atau menunggu saya lewat. Mengingat jarak yang cukup jauh mustahil dia tidak bisa memperkirakan tindakan yang harus dia lakukan, menurut saya sih.
Terus terang darah saya MENDIDIH, karena hal seperti ini sudah sering sekali terjadi. Dan sepertinya sikap yang hati-hati kadang menjadi percuma. Kemaren juga saya nyaris juga mengalami kejadian seperti ini, kejadiannya saya mau menyeberang dan ada orang mengebut plus tidak mau mengurangi kecepatan plus cuman pake satu tangan pegang setang motor karena tangan satu pegang hape entah sms-an entah maen game. Yang bikin makin kesal malah dia yang teriak marah ke saya. Lha, saya pikir saya sudah benar memperhitungkan jarak yang cukup jauh, plus kan salah sendiri dia naik motor sambil sms-an. Itu namanya cari perkara.
Capek deh kalo menceritakan kejadian-kejadian seperti ini, kadang saya cuman bisa maki-maki melihat orang GOBLOK, TOLOL, KAMPUNGAN, DAN MENANG SENDIRI seperti itu. Saya sampai sekarang sudah pada satu kesimpulan, saya males lagi maki-maki dan marah-marah, apalagi adu mulut dengan orang seperti itu (GOBLOK, TOLOL, dst dst), gak ada guna. Mungkin lebih manjur kata-kata temen saya, "kill them all aja, kan beres", hehe.
Bener lho, rasanya saya pengen sekali bawa AK-47 atau pestol kecil lah, AK kan kegedean, begitu ada yang seperti itu, tinggal DOR, kan beres. Daripada nyapek-nyapekin ati, DOR aja sekali beres dah. Gak usah pake banyak cingcong, mampus aja deh lo.
Duh amit-amit dah. Jujur pikiran saya udah jelek banget seperti itu. Kadang saya pengen tendang orang yang ngebut biar jatuh, pas udah jatuh kita tengok kalo kira-kira masih bernapas patahin aja sekalian lehernya, beres.
Amit-amit deh, sekali lagi amit-amit. Rasanya pengen nyensor ini tulisan. Tapi ya seperti itulah, daripada saya cari keributan di jalan dengan orang GOBLOK, TOLOL dst dst yang jelas gak ada gunanya, mendingan saya tulis aja di sini deh. Minimal untuk ngelepasin uneg-uneg.
Makanya saya lebih suka jalan kaki atau naik sepeda, rasanya lebih damai, dan gak kemrungsung. Pun kalo jalan kaki atau naik sepeda saya gak mungkin bunuh orang gara2 nabrak. Palingan lecet. Kalo soal kemungkinan ditabrak orang GOBLOK, TOLOL, dst dst seperti tadi ya tetep ada sih. Tapi minimal lebih damai lah naik sepeda, atau jalan kaki. Lebih sehat juga kan :)
Saya biasanya gak ambil peduli urusan orang, kalo dia mau kebut-kebutan terus mau nabrakin diri ke tiang listrik ya monggo, itu hak dia. Tapi masalahnya yang namanya careless driving itu kenanya ke orang lain je. Di jalan kan kita gak sendiri. Kalo kita careless terus celaka, ya itu salah kita sendiri, tapi kalo kita careless terus nabrak orang, orangnya celaka, kok gak adil ya. Saya dulu pernah bilang "kalo lo mau mati, mati aja ndiri, gak usah ajak-ajak" Sebenernya kata-kata itu saya ucapkan ke teman saya yang perokok berat karena saya tidak nyaman akibat asap rokok beliau. Sebenernya saya dulu juga pernah ngerokok, tapi kok sekarang cium baunya aja udah bikin pusing, gak tau deh. Kembali ke ucapan saya tadi, rasanya itu cocok juga buat para pengebut-pengebut bin careless tadi: "kalo mau mati, mati aja ndiri". Kalo mau ngebut ya ikut kejuaraan kek, atau ngebut di trek balap. Jangan di jalan umum dong, banyak orang yang masih sayang nyawa, sayang keluarga, anak istri. Jangan dicelakain dong ya Mr/Mrs Careless.
Buat yang suka ngebut di jalan, jangan sakit ati ya baca tulisan saya. Pun saya yakin pasti anda gak sakit ati, kan MENANG SENDIRI dan APA PEDULI LO ... Saya juga pernah kok kebut-kebutan, jadi tulisan ini sekaligus untuk ngingetin diri sendiri juga, kalo saya juga GOBLOK, TOLOL dst dst hehe. Tapi semoga gak lagi deh, ngeri ..
ps: Mohon doa untuk semua pengendara di jalan raya demi keselamatan dan kedamaian. Amin. Let's keep our road peace and safe.
Potret Kehidupan 2
Sore itu, waktu saya masih kecil, saya melihat seorang mbok-mbok menjual sekitar 15kg ubi seharga Rp 500,- di pasar Muntilan. Dia membawa ubi itu dari daerah Dukun, sekitar 5km ke arah Merapi dari Muntilan. 5km jalan kaki bisa ditempuh sekitar 1-2jam. Kejadian tersebut sudah sekitar 12 tahun yang lalu. Ketika itu ongkos bis Muntilan - Jogja Rp 700,-. Dan ongkos naik angkot Muntilan ke Dukun sekitar Rp 200,-Permen Mentos 25 perak. Harga komik Elex Rp 2500,-.
PS: Pernah coba bawa beban 15kg sejauh 5km jalan kaki? Saya nggak pernah, cuman bawa 1 cpu sekitar 10kg dari lantai satu ke lantai dua saja sudah ngos2an, apalagi 5km . . .
PS: Pernah coba bawa beban 15kg sejauh 5km jalan kaki? Saya nggak pernah, cuman bawa 1 cpu sekitar 10kg dari lantai satu ke lantai dua saja sudah ngos2an, apalagi 5km . . .
Wednesday, November 14, 2007
Potret Kehidupan
Guru bertanya pada muridnya yang tidak masuk sekolah beberapa hari: "Kenapa kamu tidak masuk sekolah? Kamu sakit?"
"Tidak Pak" jawab anak tersebut.
"Lalu kenapa tidak masuk sekolah?" Tanya guru itu lagi.
Lama anak itu terdiam, kemudian pelan-pelan menjawab: "Malu Pak Guru, sepatu saya sudah bolong"
.... .... .... .... ....
****
Seorang teman menjumpai aku: "Boleh malam ini gua tidur di tempat loe?"
"Tentu saja, kenapa gak? Kenapa emang kok gak pulang ke rumah?" jawabku.
"Males ah, gua barusan berantem ama bokap"
"ow, kenapa emang pake berantem segala?"
"Gua sebel soalnya bokap gak mau ngebeliin gua mobil baru"
"Mobil? Emang kenapa dengan mobil lo sekarang?"
"Males, udah butut, malu dong, lo tau kan fakultas gua? Mana ada pake mobil kaya gua gitu ... "
... ... ... ... akupun terdiam, aku tau bapaknya pergi ke kantor naik bis.
"Tidak Pak" jawab anak tersebut.
"Lalu kenapa tidak masuk sekolah?" Tanya guru itu lagi.
Lama anak itu terdiam, kemudian pelan-pelan menjawab: "Malu Pak Guru, sepatu saya sudah bolong"
.... .... .... .... ....
****
Seorang teman menjumpai aku: "Boleh malam ini gua tidur di tempat loe?"
"Tentu saja, kenapa gak? Kenapa emang kok gak pulang ke rumah?" jawabku.
"Males ah, gua barusan berantem ama bokap"
"ow, kenapa emang pake berantem segala?"
"Gua sebel soalnya bokap gak mau ngebeliin gua mobil baru"
"Mobil? Emang kenapa dengan mobil lo sekarang?"
"Males, udah butut, malu dong, lo tau kan fakultas gua? Mana ada pake mobil kaya gua gitu ... "
... ... ... ... akupun terdiam, aku tau bapaknya pergi ke kantor naik bis.
Wednesday, September 26, 2007
Orang Miskin Dilarang Sakit

Kesengat kelabang di kota kecil seperti ini merupakan suatu pengalaman yang tidak menyenangkan. Sekitar dua bulan yang lalu saya mengalami kejadian tersebut. Bukan pengalaman yang menyenangkan, namun hal ini membuat saya melihat suatu hal yang baru bagi saya. Saya tersengat kelabang dinihari, sekitar pukul 4 pagi. Berhubung pagi sekali, saya bingung juga mau minta tolong kemana. Beruntung ada beberapa kawan dokter yang bisa saya bangunin pagi-pagi hari meski setelah ngomel-ngomel dulu (hehe, thanks ya dok buat informasinya waktu itu). Kawan saya tersebut menyarankan saya untuk ke rumah sakit untuk mendapatkan suntikan anti bisa dan anti tetanus sekedar untuk berjaga-jaga. Meskipun racun kelabang tidak terlalu berbahaya untuk orang dewasa, namun tidak ada salahnya untuk berjaga-jaga. Bisa kelabang tersebut baru akan bereaksi setelah 6 jam, sehingga memberi waktu cukup bagi saya untuk tidur lagi dan ke rumah sakit begitu pagi.
Pengalaman di rumah sakit inilah yang membuat saya sempat gemas dan prihatin. Ketika saya ke rumah sakit, begitu tahu saya kena gigit kelabang, saya segera dirujuk ke UGD oleh bagian administrasi. Lagipula dokter umumnya belum datang katanya. Belum dateng bok, padahal itu sudah pukul 9 pagi, pikir saya. Di UGD pun saya jadi harap-harap cemas melihat kondisi ruang UGD yang jauh dari standar hygienis, jangankan hygienis, bersih pun tidak. Saya jadi kuatir, jangan-jangan saya malah jadi sakit beneran setelah itu, jangan-jangan jarum suntiknya pun udah dipake berapa kali. Duh, pokoknya serem dah, segala macem pikiran negatif segera merubungi pikiran saya. Saya heran, apa tidak ada standar kebersihannya ya, padahal ini kan rumah sakit umum, tingkat daerah. Cuman rumah sakit satu-satunya sih memang dalam radius berapa puluh kilometer, tapi bukan berarti terus tidak memperhatikan kebersihan dong, mentang-mentang gak ada saingan kali ya. Dari pengalaman ini saya jadi berdoa semoga saya gak pernah sakit selama di sini.
Dari obrolan-obrolan kawan-kawan sayapun sering terdengar komentar negatif seperti: "aduh, ampun deh kalo ke rumah sakit itu, bisa tambah sakit kalee", ataupun: "ah, kalo gua sakit mendingan minta diterbangin ke kota besar deh, lebih yakin gua", dsb. Saya jadi kepikiran, lha iya kalo punya duit buat dipindah ke kota besar, lha kalo nggak gimana dong. Kok rasanya nggak adil ya. Saya bayangin kalo buat bayi-bayi yang baru lahir, anak-anak kecil, gimana dong? Anak-anak kan masa depannya masih jauh, katanya masa pertumbuhan kan yang paling penting, jadi sarana kesehatan waktu kecil kan sangat penting. Padahal kan anak-anak, siapapun itu, tidak ada yang bisa memilih dilahirkan di mana, jadi orang kaya atau orang miskin. Dari sini, karena faktor tidak bisa memilih, menurut hemat saya, setiap anak berhak untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam hal fasilitas kesehatan.
Padahal kan kenyataannya tidak seperti itu, di negara kita ini saya melihat adanya ketidaksetaraan yang cukup mencolok dalam hal fasilitas kesehatan. Sarana kesehatan di kota dan di daerah pedesaan, apalagi di luar jawa sangatlah berbeda. Meski ada sarana yang lengkap pun, belum tentu setiap orang dapat memperoleh aksesnya. Apalagi biaya obat yang tinggi, sekali berobat ke dokter, 1 lembar uang biru pun tidak cukup. Jadi orang yang tidak punya biaya, anak kecil yang orangtuanya miskin, bagaimana bisa mendapatkan sarana kesehatan yang memadai?
Jadi teringat salah satu judul buku dulu waktu masih suka maen ke ultimus: "Orang Miskin Dilarang Sakit" (eh bener gak ya judulnya, red). Kayaknya emang beneran dah, tapi musti ditambah lagi: "Orang Miskin Dilarang Sakit, apalagi yang di daerah ... "
Thursday, March 23, 2006
Bridge of Sunset - Glimpse of Paradise, Safe Heaven
tut tut ..Semenjak menekuni hobby baruku di Meulaboh ini, bersepeda, sms sms rutin tersebut sering mewarnai kehidupan kami di sore hari. Apalagi setelah seorang teman kami dari CRS menemukan lokasi nongkrong yang seru di pinggir pantai Batu Putih di Meulaboh, kami pun sering janjian sore sore bersepeda ke tempat ini, yang kami sebut kemudian bridge of sunset, sekedar untuk mengantarkan matahari berpulang ke peraduannya.
1 message received
show
"pantai pantai, to the sunset ... "
reply
"be there
in 10 mins"
send
Paling tidak dalam seminggu kami 3-4 kali ke tempat ini, nongkrong, membahas mulai dari isu - isu tidak penting seperti isu birokrasi yang menyebalkan di lingkungan kerja (hoahmm, masalah klasik) sampai dengan isu - isu penting seperti cewek baru on the neighborhood. Hehe, ya maklumlah Meulaboh, bukanlah kota yang besar, lingkungan kami pun terbatas antara yang itu dan yang itu lagi. Dengan sebagian besar komunitas LSM yang sudah saling kenal satu sama lain isu adanya orang baru datang apalagi kalo cewek dan cakep biasanya akan menjadi berita hangat, hehe. Kesannya menderita sekali ya, terpencil dengan lingkungan yang terbatas. Ah, tapi tidak se menderita itu kok ;) Di sini kami memiliki komunitas yang cukup menyenangkan, rasanya hampir tidak ada gap antar LSM di sini. Untuk mengusir rasa bosan pun kami memiliki dan membuat cukup banyak kegiatan mulai dari ke pantai bareng, salsa, yoga, masak bareng, mancing, cycling dll.
Nah dalam kegiatan cycling inilah aku cukup rajin mengikuti. Sayang minggu kemarin skipping sesi sabtu karena terkapar setelah kebanyakan overtime. Padahal sesi sabtu yang seru karena melewati jalan off road dengan rute sepanjang 2-3 jam bersepeda.
Sore kali ini jadilah kami berempat ke pantai, sekedar nangkring di atas jembatan rusak karena tsunami. Ngelamun, ngobrol bentar, ngelamun lagi. Gak jelas apa yang dilamunin temen temen, mungkin ada yg sibuk dengan relationshit(p) nya ^^, atau kontrak kerja yang gak jelas, etc. Kalo aku? Hmm .. :
"Pemandangannya bagus juga buat foto, kayaknya kalo ambil siluet anak-anak dengan background sunset bagus dech"
... cekrek
"shit, blitz nyala jadi gak dapet siluet nya"
... cekrek
"damn, gak jelas, gak bisa fokus, bukan SLR sich, coba gua punya SLR. Tapi mahal sih ya, bla bla ..." (halah, gak penting banget sih)
...
Tiba - tiba rasa kesepian yang sudah entah kemana kembali datang menyergapku. Ya, beberapa teman dekat yang biasanya hang out bareng, dinner bareng, ber - gak jelas bareng ada yang mulai meninggalkan kota ini karena agency tutup kantor di Meulaboh. Teringat dengan sepenggal perkataan temanku "mungkin aku bulan depan udah pindah ..", aku merasa virtual paradise yang mulai kami dapatkan, sedikit perasaan comfort yg mulai terbangun, sekali lagi mulai goyah dan membuat sang 'lonely feeling' kembali terbangun. Hmm, apalagi tempat biasa kami ngumpul udah gak ada lagi, karena kantornya tutup, hiks (^^ dasar, yang dipikir tempat ngumpulnya aja, hehe).
"Anak ini mungkin juga gak di Meulaboh lagi" pikirku saat melihat ekspresi kosong dari seorang teman cycler yang lagi nongkrong di jembatan itu. Yah, maybe the best time has already gone, gak tau juga ya. Aku selalu bilang ke temenku "there's always be a time that we call a best time. But for me the best time came up not only once. Sometimes maybe it's gone, but we will find it again. Different time, different people maybe. But you can feel it in your heart that it is the best time. Life is a rollercoaster, there always be a up and down moment".
footnote:
But, this moment I share with you guys (mbake yg suka pakaian item item, pengisap daun, dan temen ngombe kita) is one of the best moment in my life. You (yeah you) was filling the color on my grey world, and open up my mind for many new possibilities out there.
Thanks to you all guys, hope we can meet again in a better life, better world, better us. Coz' we are here to make our world a better place right? And, I'll find you among the stars, as I will find a place for myself among the stars too.
** shit, got to go, konangan ngeblog je kambek supervisor, hehehehe
Tuesday, February 28, 2006
Mengejar Matahari

... Kawan tempur kala di bandung. Jago CS, WC3, but AOE (hehehehe...). ...
Hehehe, aku tertawa kecil membaca testimonial yang baru saja dikirim dari seorang teman nun jauh di sana (hi bung, btw FC naon? Football Club?). Membaca testi tersebut mau tak mau ingatanku melayang kembali ke masa - masa kejayaan ANF, genk kumpulan game addicter di kampus tercinta DKNY (Dayeuh Kolot Ni Yee) dulu. Dengan formasi CS [ANF]sronto, [ANF]rObe, [ANF]ulee47, [ANF]high N dry, [ANF]glove, [ANF] .. (duh lupa euy, sori mat ^^). Squad WC3 dengan [ANF]ulee47, [ANF]nOinX, qqt, adit, dll. Juga AoE/SC dengan Mario cs nya. (Hi all, where are you now?)
Rasanya baru kemarin, bagaimana kita dulu berjuang membangun network di kos - kosan demi bisa sharing lagu dan main game di LAN :) Bagaimana kita berlatih malam - malam demi kejuaraan CS, berlatih WC3 habis - habisan demi mencapai APM tinggi, hehee. Di masa tersebut rasanya adalah kebanggaan tersendiri memiliki team yang tangguh (at least di kampus) sehingga untuk membuktikannya selalu berusaha mencari lawan baru untuk dikalahkan. Hahaha.
Sekarang tak terasa 4 - 7 tahun telah berlalu dengan masing - masing telah memiliki kesibukan sendiri, bahkan ada yang sudah menikah (Halo wal ^^ wink wink, congrats ya). Beberapa udah berganti nomor hape entah berapa kali, sehingga sudah kehilangan kontak (makanya aku selalu berusaha keep my old number for friends shake). Ada yang sudah di Kalimantan (hi her ^^), ada yang di YK, di old town Bandung, Jkt, dll. Semuanya demi mendapatkan apa yang kami inginkan, apa yang kami impikan ketika itu. Ada yang bermimpi sekedar untuk dapat melihat seberang tembok (that's me ^^), ada yang bermimpi untuk menjadi seorang grafik designer, ada yang bermimpi jadi s/w engineer, dll. Entah berapa dari kami yang sudah mendapatkan apa yang kami inginkan aku tidak tahu. Yang aku tahu pasti kami semua melangkahkan kaki kami ke masa depan, mengejar impian kami, meski mungkin impiannya ada yang berubah, tapi tetap melangkah.
Dulu yang kami kejar adalah frag ataupun kemenangan sebanyak mungkin. Sekarang mungkin yang kami kejar adalah karir, sekolah, seberang tembok, gadis pujaan (hehe, itu mah dari dulu ampe sekarang .. ). Tapi tetap kami melangkahkan langkah - langkah kecil kami, mungkin kadang juga melompat, mengejar matahari.
Dedicated to all ANF and the gankz, wish you all the best, see u there in the land of the light (kok jadi kayak pembukaan game RPG). Anyway, wish you all the best, and don't give up hope, keep on walking even a small single step, how hard it is, keep on forward :)
btw: rencana 2006 ke Phuket/Phattaya jadi tak? Katanya 4 tahun setelah lulus, hitungnya dari 2002 ya? Lupa dech :)
[ANF]high N dry a.k.a [ANF]nOinX
on cyan or orange
Thursday, February 16, 2006
The Road Not Taken

Two roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;
Then took the other, as just as fair,
And having perhaps the better claim,
Because it was grassy and wanted wear;
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,
And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black.
Oh, I kept the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way,
I doubted if I should ever come back.
I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I-
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.
(Robert Frost)
"The future belong for those who keeps the beauty of their dreams"
(Eleanor Roosevelt)
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;
Then took the other, as just as fair,
And having perhaps the better claim,
Because it was grassy and wanted wear;
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,
And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black.
Oh, I kept the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way,
I doubted if I should ever come back.
I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I-
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.
(Robert Frost)
"The future belong for those who keeps the beauty of their dreams"
(Eleanor Roosevelt)
And I still keep the beauty of my dreams, as well as the memory and beauty of you ... .
Tuesday, August 23, 2005
Farewell
This week are the 2nd week since one of our OIC leaving. At Monday, 14 Aug 2005 we held a farewell party for him. This farewell party should be going on secrecy, as we planed to suprise him. At his last days in Meulaboh we plan to ignore him and show no tendency that we will held a farewell for him, but it appeared then that he could not be neglected *sigh. He looked so depressed and sad when it seemed that everyone did not pay any attention regarding his leave, so that he decided to make his own party. Knowing this matter we decided to give him a clue that we did plan to make some kind of party for him, but what kind of party and where it will be held still on secrets ^^
In preparing the party we formed up some team to carry on their on task. Some will be in charge for decoration, some for food and drinks, some for the party itself, etc. I myself was given task to go to every agency I know to get as much as signature for our big banner. Some staff from the Children Center who did the drawing, and I must say that it is really a nice one.
When it came the day for the party, everyone was coming to give a farewell to him. The party was opening with dance performance by some children from one of the Children Center. After the dance show, it was continued by some farewell speech from some of our representatives and also from our man of the day himself. From what I could heard, I thought that we all agreed he really is a good man, not only a good OIC, but also a good colleague and friend for us all. Not to mention that he also became a good tutor because he taught so many thing for us all.
So, farewell Seamus Mac Roibin. We really hope to see you again and could meet and work together again someday. Hope all the best for you.
Also I must say farewell for Guy Kalustov also, who all of sudden had to leave to his home country a week before. Because all of the sudden we can not give you a proper farewell. But we hope all the best for you too (who teach us how to be a good team player and have an integrity to carry on our jobs).Goodbye once again for both of you ^^.
Sunday, August 14, 2005
A Friend's Wedding
"Will you come at his wedding today?" tanyaku pada tetangga kantorku (Hi neighbor ^^).
"Ya, sure, when will you go?"
"At 12?"
"OK"
...
Yap, hari Sabtu kemarin seorang rekan kantor kami menikah. Percakapan kecil tersebut terjadi pada pagi harinya. Perbincangan yang semula hanya sekedar membicarakan siapa saja dan kapan akan berangkat berkembang menjadi bincang-bincang yang semakin hangat hingga mengarah cukup serius. Apakah pernikahan itu perlu? Pertanyaan inilah yang kemudian menjadi perbincangan yang cukup serius diantara kami.
Dalam dunia timur, bila anda berusia menjelang 30 dan belum menikah, terutama bagi wanita, maka anda harus bersiap-siap bertemu dengan sejuta pertanyaan dari keluarga, teman dan masyarakat. Pertanyaan yang berintikan kenapa masih single. Bagi anda yang di kota besar mungkin orang sudah tidak terlalu peduli lagi. Akan tetapi di banyak daerah di Indonesia kepala 3 dan masih lajang adalah hal yang patut dipergunjingkan.
Apakah menikah itu suatu obligasi, suatu keharusan? Sepertinya pandangan masyarakat secara umum di Indonesia masih menganggap menikah itu adalah suatu keharusan, sehingga bila kita melajang saat usia kepala 3 tentunya hal ini menjadi beban tersendiri bagi kita.
"Kok kamu tiba-tiba memutuskan untuk menikah?"
"Aku kan memang harus menikah, sudah waktunya"
"..."
Sekilas percakapan seperti ini semakin sering kita jumpai di antara mungkin rekan kerja kita, teman ataupun saudara kita. Suatu hal yang semakin menguatkan pendapat kami bahwa masih banyak yang menganggap bahwa pernikahan adalah suatu obligasi. Hal ini akan berbahaya ketika beban dan tekanan akibat melajang menjadi lebih besar daripada pertimbangan seseorang. Tentunya akan mengkuatirkan bila orang memutuskan untuk menikah karena suatu keharusan dan bukan karena pertimbangan yang masak (atau cinta mungkin ..?). Sehingga berakibat ketidakbahagiaan pada akhirnya.
"Someday you will feel that you want to get married, you'll know it" ungkap seorang teman lain.
Tidak bermaksud menaifkan bahwa banyak orang yang tentunya menikah juga atas dasar pertimbangan yang masak (dan cinta mungkin ..?), seperti ungkapan seorang rekan tersebut. Akan tetapi pernikahan dengan dasar yang kuat adalah mutlak perlu. Pernikahan yang dilakukan bukan atas dasar keterpaksaan. Baik keterpaksaan maupun tekanan keluarga, rekan, ataupun diri kita sendiri.
"Pernah nonton film Bachelor gak?"
"Yap, lucu emang film nya"
"Yang menarik itu penggambaran apa pandangan pria tentang pernikahan ..."
Bagi anda yang belum menonton film Bachelor (atau mungkin sudah lupa), dalam film tersebut digambarkan saat sang tokoh utama pria mendengar kata pernikahan dalam otaknya terbayang puluhan mustang (kuda liar) berlarian dengan gembira, dan tiba-tiba ada sebuah tali laso melayang dan seekor kuda pun terjatuh karena terjerat laso tersebut.
Dalam film tersebut sang tokoh utama pria merasa bahwa pernikahan adalah suatu hal yang mengikat, suatu keterpaksaan. Akan tetapi di akhir film akhirnya tokoh tersebut menemukan alasan kenapa dia harus menikah. Bukan alasan lebih tepatnya tapi dia menemukan bahwa dirinya ingin menikah dengan wanita yang dicintainya tersebut.

Kami akhirnya berangkat dalam dua rombongan untuk menghadiri pernikahan rekan kami tersebut. Pernikahan yang cukup meriah, apalagi bagi kami yang belum pernah melihat pernikahan dalam adat tersebut, cukup menarik. Dan ...
"Why do people have to get married?" kata seorang rekan kami tiba-tiba.
"Hmm, yea I can not see why" sahut seorang rekan yang lain.
... bla bla ...
"arrrgggggggghhhhh, not again" batinku. Dan terpaksa aku pun kembali mendengar dan terlibat dalam percakapan tersebut. (hey, yap, aku terlibat, jadi aku menikmati percakapan itu juga ternyata ^^ )
"Ya, sure, when will you go?"
"At 12?"
"OK"
...
Yap, hari Sabtu kemarin seorang rekan kantor kami menikah. Percakapan kecil tersebut terjadi pada pagi harinya. Perbincangan yang semula hanya sekedar membicarakan siapa saja dan kapan akan berangkat berkembang menjadi bincang-bincang yang semakin hangat hingga mengarah cukup serius. Apakah pernikahan itu perlu? Pertanyaan inilah yang kemudian menjadi perbincangan yang cukup serius diantara kami.
Dalam dunia timur, bila anda berusia menjelang 30 dan belum menikah, terutama bagi wanita, maka anda harus bersiap-siap bertemu dengan sejuta pertanyaan dari keluarga, teman dan masyarakat. Pertanyaan yang berintikan kenapa masih single. Bagi anda yang di kota besar mungkin orang sudah tidak terlalu peduli lagi. Akan tetapi di banyak daerah di Indonesia kepala 3 dan masih lajang adalah hal yang patut dipergunjingkan.
Apakah menikah itu suatu obligasi, suatu keharusan? Sepertinya pandangan masyarakat secara umum di Indonesia masih menganggap menikah itu adalah suatu keharusan, sehingga bila kita melajang saat usia kepala 3 tentunya hal ini menjadi beban tersendiri bagi kita.
"Kok kamu tiba-tiba memutuskan untuk menikah?"
"Aku kan memang harus menikah, sudah waktunya"
"..."
Sekilas percakapan seperti ini semakin sering kita jumpai di antara mungkin rekan kerja kita, teman ataupun saudara kita. Suatu hal yang semakin menguatkan pendapat kami bahwa masih banyak yang menganggap bahwa pernikahan adalah suatu obligasi. Hal ini akan berbahaya ketika beban dan tekanan akibat melajang menjadi lebih besar daripada pertimbangan seseorang. Tentunya akan mengkuatirkan bila orang memutuskan untuk menikah karena suatu keharusan dan bukan karena pertimbangan yang masak (atau cinta mungkin ..?). Sehingga berakibat ketidakbahagiaan pada akhirnya.
"Someday you will feel that you want to get married, you'll know it" ungkap seorang teman lain.
Tidak bermaksud menaifkan bahwa banyak orang yang tentunya menikah juga atas dasar pertimbangan yang masak (dan cinta mungkin ..?), seperti ungkapan seorang rekan tersebut. Akan tetapi pernikahan dengan dasar yang kuat adalah mutlak perlu. Pernikahan yang dilakukan bukan atas dasar keterpaksaan. Baik keterpaksaan maupun tekanan keluarga, rekan, ataupun diri kita sendiri.
"Pernah nonton film Bachelor gak?"
"Yap, lucu emang film nya"
"Yang menarik itu penggambaran apa pandangan pria tentang pernikahan ..."
Bagi anda yang belum menonton film Bachelor (atau mungkin sudah lupa), dalam film tersebut digambarkan saat sang tokoh utama pria mendengar kata pernikahan dalam otaknya terbayang puluhan mustang (kuda liar) berlarian dengan gembira, dan tiba-tiba ada sebuah tali laso melayang dan seekor kuda pun terjatuh karena terjerat laso tersebut.
Dalam film tersebut sang tokoh utama pria merasa bahwa pernikahan adalah suatu hal yang mengikat, suatu keterpaksaan. Akan tetapi di akhir film akhirnya tokoh tersebut menemukan alasan kenapa dia harus menikah. Bukan alasan lebih tepatnya tapi dia menemukan bahwa dirinya ingin menikah dengan wanita yang dicintainya tersebut.

Kami akhirnya berangkat dalam dua rombongan untuk menghadiri pernikahan rekan kami tersebut. Pernikahan yang cukup meriah, apalagi bagi kami yang belum pernah melihat pernikahan dalam adat tersebut, cukup menarik. Dan ...
"Why do people have to get married?" kata seorang rekan kami tiba-tiba.
"Hmm, yea I can not see why" sahut seorang rekan yang lain.
... bla bla ...
"arrrgggggggghhhhh, not again" batinku. Dan terpaksa aku pun kembali mendengar dan terlibat dalam percakapan tersebut. (hey, yap, aku terlibat, jadi aku menikmati percakapan itu juga ternyata ^^ )
note: sorry gambarnya gak jelas, karena gak ada image editor yg bagus, jadi hanya pake MS Paint, pecah saat dikecilin
Friday, July 29, 2005
One Day at Our Office
Pagi ini aku datang ke kantor sedikit pagi karena ada beberapa staff yang akan bertugas keluar kota pada hari ini. Dan aku harus menyiapkan beberapa peralatan yang akan mereka bawa. Tahunya ketika sampai di kantor listrik mati, dan generator kami tidak menyala. Segera aku ke tempat generator, bermaksud untuk menyalakan generator.
...
"arggghhhh, where's the f***in key" aku berteriak dalam batin. Aku kaget juga melihat kunci generator tidak ada di tempatnya. Yap, untuk menyalakan generator juga butuh kunci seperti kita menyalakan mobil atau motor. Segera aku keluar untuk bertanya kepada seorang security kami apakah dia melihat kunci generator tersebut.
"Pak, lihat kunci generator nggak ya?"
"Nah itu, saya tadi mau nyalain generator tapi gak ada kuncinya, saya pikir disimpan bapak."
"argghhhh!!!"
Buset dah, batinku sebal, masak kunci generator ilang sih. Segera aku bertanya kepada security kami siapa saja yang mungkin membawa kunci tersebut. Kemudian security kami pun berlalu untuk menanyakan kepada security yang lain, siapa tahu ada yang membawa kunci generator tersebut. Selang beberapa saat kemudian aku mendapat kabar bahwa memang tidak ada yang mengetahui keberadaan kunci tersebut.
Untung tak seberapa lama listrik kembali menyala, sehingga kami tidak memerlukan kunci tersebut lagi, paling tidak untuk saat itu. Dan beruntung juga seharian ini kami tidak mengalami mati lampu. Akan tetapi sampai sore ini belum ada tanda keberadaan kunci tersebut.
Menyebalkan, itu saja kesimpulanku. Masak kunci generator saja ilang sih. Emang kunci itu mau dipake untuk apa? Kalo generatornya yang ilang, paling tidak masih maklum, karena generator bisa dijual. Lah ini kuncinya, emang kuncinya bisa dijual? Sekali lagi ini menyebalkan. Atau mungkin alasan pengambilan kunci generator ini dimaksudkan untuk melakukan semacam sabotase? Kenapa? Ato mungkin juga hanya orang iseng, mungkin ingin bikin kalung pake kunci? Apapun alasannya tetap menyebalkan . . . .
...
"arggghhhh, where's the f***in key" aku berteriak dalam batin. Aku kaget juga melihat kunci generator tidak ada di tempatnya. Yap, untuk menyalakan generator juga butuh kunci seperti kita menyalakan mobil atau motor. Segera aku keluar untuk bertanya kepada seorang security kami apakah dia melihat kunci generator tersebut.
"Pak, lihat kunci generator nggak ya?"
"Nah itu, saya tadi mau nyalain generator tapi gak ada kuncinya, saya pikir disimpan bapak."
"argghhhh!!!"
Buset dah, batinku sebal, masak kunci generator ilang sih. Segera aku bertanya kepada security kami siapa saja yang mungkin membawa kunci tersebut. Kemudian security kami pun berlalu untuk menanyakan kepada security yang lain, siapa tahu ada yang membawa kunci generator tersebut. Selang beberapa saat kemudian aku mendapat kabar bahwa memang tidak ada yang mengetahui keberadaan kunci tersebut.
Untung tak seberapa lama listrik kembali menyala, sehingga kami tidak memerlukan kunci tersebut lagi, paling tidak untuk saat itu. Dan beruntung juga seharian ini kami tidak mengalami mati lampu. Akan tetapi sampai sore ini belum ada tanda keberadaan kunci tersebut.
Menyebalkan, itu saja kesimpulanku. Masak kunci generator saja ilang sih. Emang kunci itu mau dipake untuk apa? Kalo generatornya yang ilang, paling tidak masih maklum, karena generator bisa dijual. Lah ini kuncinya, emang kuncinya bisa dijual? Sekali lagi ini menyebalkan. Atau mungkin alasan pengambilan kunci generator ini dimaksudkan untuk melakukan semacam sabotase? Kenapa? Ato mungkin juga hanya orang iseng, mungkin ingin bikin kalung pake kunci? Apapun alasannya tetap menyebalkan . . . .
Sunday, July 24, 2005
Hari Anak

"dam dum dam dum ... " kudengar suara marching band sedang berlatih dan pemanasan menjelang dimulainya children march dalam rangka hari anak ini.
Enam bulan setelah tsunami, dan kehidupan sudah mulai berjalan normal di kota Meulaboh ini, meski mungkin belum sepenuhnya. Minggu kemarin ini juga adalah minggu pertama dimulainya tahun pelajaran baru bagi anak sekolah. Pada hari minggu ini diadakan children march (arak-arakan anak) untuk menyambut hari anak.
Arak-arakan ini cukup ramai, dan mungkin adalah arak-arakan terbesar di Meulaboh setelah tsunami. Cukup ramai dan anak-anak yang mengikuti juga terlihat cukup antusias. Terlihat banyak anak memakai baju daerah, ataupun juga kostum tertentu seperti baju polisi, nelayan dan sebagainya. Suara marching band yang terus melantunkan lagu-lagu membuat suasana cukup meriah. Sayang kemeriahan ini sedikit 'ternoda' dengan mundurnya jadwal keberangkatan akibat menunggu seseorang untuk membuat pidato pembukaan, atau kata sambutan istilah kerennya (*sigh). Kata sambutan yang disambut dengan cuek oleh anak-anak (hehe, anak-anak gitu loh, mana ngerti sambutan yang birokratis seperti itu). Iring-iringan kemudian mulai bergerak, dan sepanjang jalan juga masyarakat cukup antusias menyaksikan. Banyak orang tua yang juga turut dalam barisan untuk mengawasi dan menjaga anak-anaknya.
Aku jadi teringat ketika kecil dahulu aku juga pernah ikut arak-arakan seperti ini. Ketika TK aku ingat aku sangat antusias untuk mengikuti acara seperti ini, sampai menangis merengek-rengek minta dibelikan kostum dan peralatan untuk mengikuti pawai. Namun sayangnya aku malah sakit, sehingga ketika tiba hari H aku tidak bisa ikut pawai tersebut (*damn). Ketika beranjak remaja, kegiatan pawai yang dulunya aku sukai malah berubah menjadi kegiatan yang aku benci. Pawainya sendiri mungkin menyenangkan, karena juga menjadi kesempatan kita bisa beramai-ramai bersama kawan-kawan menjadi pusat perhatian masyarakat. Tapi segala aturan dan formalitas yang terjadi membuatku membenci kegiatan tersebut. Dalam kegiatan perayaan 17 Agustus, ataupun dalam hari-hari besar negara kami yang lain, sering kami diharuskan untuk ikut upacara yang entah maknanya tidak pernah kami ketahui. Juga sering kami 'dipaksa' oleh bapak ibu guru kami untuk mengikut pawai dengan kostum yang ditentukan, yang mungkin tidak diketahui adalah bagi sebagian orang mencari kostum bukanlah kegiatan gampang dan murah. Belum lagi tak jarang kami tidak menyukai kostum yang kami pakai. Kemudian tak jarang kami juga 'dipaksa' untuk mendengar kata sambutan yang bertele-tele (arrrgggghhhh). Demikianlah kegiatan yang seharusnya menjadi kegiatan pesta rakyat dan kegiatan yang menyenangkan bagi kami malah berubah menjadi mimpi buruk.
Pada hari ini aku sedikit banyak menjadi kasihan kepada anak-anak yang diharuskan untuk menggunakan berbagai kostum (yang mungkin tidak mereka sukai). Belum lagi mereka yang terpaksa harus menunggu seorang 'bapak' demi mendengarkan pidato pembukaan, yang saya tidak yakin anak-anak itu mengerti. Menurut saya dunia anak semestinya adalah dunia yang menyenangkan, penuh kebebasan, tanpa perlu terikat segala macam formalitas dan tetek bengek. Formalitas yang mungkin perlu bagi orang dewasa (meski saya juga tidak yakin), tapi tidak bagi anak-anak. Bagi anak-anak yang terpenting adalah mereka dapat tertawa dan menikmati apa adanya.
Hidup anak-anak, fifa children, wherever you are ^^
(meski saya mengakui yang menulis ini adalah seorang yang sudah berumur kepala dua, sehingga mungkin yang saya tulis tentang anak-anak ini salah, mungkin seharusnya ini ditulis oleh seorang anak-anak betulan. Ah tapi kan saya juga sering dibilang kekanak-kanakan oleh teman-teman ^^ hehehe)
Untuk yang berulangtahun tanggal 24 Juli ini: Selamat ulang tahun, now I could see your point. Thank you for everything you had told me and shared with me ^^
Thursday, July 21, 2005
5.6 Skala Richter
" ... grfbgghhgg .. "(*)
"Earthquake!" kata bosku, aku yang semula terdiam dan masih belum sepenuhnya menyadari apa yang terjadi serta merta berdiri dan segera bergegas keluar bangunan. Staff-staff yang lain pun menyadari adanya gempa dan segera berlari keluar.
Yap, telah terjadi gempa pada hari ini, 21 Juli 2005, pk 08.42 di Meulaboh ini, dengan pusat gempa berada 17 km sebelah tenggara Meulaboh, dengan kekuatan 5.6 SR berdasarkan informasi dari BMG. Hanya singkat memang, sekitar 5 detik mungkin yang terasa, tapi terasa cukup besar mengingat pusat gempa yang tidak terlalu jauh dari kota ini. Reaksi masyarakat yang kemudian terjadi sedikit mendapat catatan disini.
Segera setelah terjadi gempa, masyarakat segera keluar dari bangunan, dan beberapa mulai mengambil kendaraan baik motor maupun mobil. Dari seorang driver kami, aku kemudian tahu bahwa orang-orang tersebut bermaksud untuk menjemput keluarga atau anaknya yang berada di luar. Anak-anak yang sedang belajar di sekolah segera dijemput oleh ayah atau ibunya, demikian juga mereka yang sedang bekerja segera dijemput oleh pasangan atau anggota keluarganya yang lain. Jalanan pun segera penuh oleh mereka yang ingin segera menjemput anggota keluarganya. Aura kepanikan sedikit terasa saat aku melihat nyaris terjadi tabrakan antara sepeda motor dan sebuah mobil toyota kijang tak jauh dari tempat kami berdiri.
Tak berapa lama kemudian dari radio VHF yang kami bawa, kami mendengar bahwa pusat radio akan segera melakukan pengecekan ke setiap agency kami. Mengingat aku bertanggungjawab untuk IT dan komunikasi, dan kami belum memiliki radio operator sendiri, maka aku segera bersiap untuk melaporkan keadaan kantor saat radio cek nanti. Sebentar kemudian pusat radio mulai melakukan radio cek, berturut-turut dari Alpha Base, Charlie Base, dst. Saat agency kami dipanggil maka segera saya melakukan laporan bahwa kantor dan staff yang ada dalam kondisi baik. Dari radio aku mendengar berturut-turut tiap agency lain melaporkan keadaannya, dan syukurlah dari yang aku dengar semua dalam keadaan baik.
Kemudian aku segera melaporkan gempa yang terjadi ke kantor Banda Aceh, sekaligus juga untuk menukar informasi apakah juga terasa gempa di sana. Dari Banda Aceh aku mendapat informasi bahwa di Banda Aceh hanya terjadi gempa kecil. Berdasarkan hal tersebut aku menduga bahwa pusat gempa tidaklah jauh dari Meulaboh. Dari situs BMG kemudian aku ketahui kalo memang pusatnya hanyalah 17 km sebelah tenggara Meulaboh.
Setelah keadaan tenang, aku kemudian baru merasa lemas, dan aku baru sadar kalo aku sebetulnya juga panik, atau mungkin inilah yang disebut dengan post traumatic (?). Mungkin juga ^^. Tapi syukurlah semuanya dalam keadaan baik hari ini.
"This is not our time gentleman, this is not our time." (meminjam kata-kata Robert E. Lee dalam film God and General saat beliau nyaris terkena ledakan meriam).
(*) ilustrasi gempa bumi, meski perasaan sih gak nyambung sama sekali ^^
"Earthquake!" kata bosku, aku yang semula terdiam dan masih belum sepenuhnya menyadari apa yang terjadi serta merta berdiri dan segera bergegas keluar bangunan. Staff-staff yang lain pun menyadari adanya gempa dan segera berlari keluar.
Yap, telah terjadi gempa pada hari ini, 21 Juli 2005, pk 08.42 di Meulaboh ini, dengan pusat gempa berada 17 km sebelah tenggara Meulaboh, dengan kekuatan 5.6 SR berdasarkan informasi dari BMG. Hanya singkat memang, sekitar 5 detik mungkin yang terasa, tapi terasa cukup besar mengingat pusat gempa yang tidak terlalu jauh dari kota ini. Reaksi masyarakat yang kemudian terjadi sedikit mendapat catatan disini.
Segera setelah terjadi gempa, masyarakat segera keluar dari bangunan, dan beberapa mulai mengambil kendaraan baik motor maupun mobil. Dari seorang driver kami, aku kemudian tahu bahwa orang-orang tersebut bermaksud untuk menjemput keluarga atau anaknya yang berada di luar. Anak-anak yang sedang belajar di sekolah segera dijemput oleh ayah atau ibunya, demikian juga mereka yang sedang bekerja segera dijemput oleh pasangan atau anggota keluarganya yang lain. Jalanan pun segera penuh oleh mereka yang ingin segera menjemput anggota keluarganya. Aura kepanikan sedikit terasa saat aku melihat nyaris terjadi tabrakan antara sepeda motor dan sebuah mobil toyota kijang tak jauh dari tempat kami berdiri.
Tak berapa lama kemudian dari radio VHF yang kami bawa, kami mendengar bahwa pusat radio akan segera melakukan pengecekan ke setiap agency kami. Mengingat aku bertanggungjawab untuk IT dan komunikasi, dan kami belum memiliki radio operator sendiri, maka aku segera bersiap untuk melaporkan keadaan kantor saat radio cek nanti. Sebentar kemudian pusat radio mulai melakukan radio cek, berturut-turut dari Alpha Base, Charlie Base, dst. Saat agency kami dipanggil maka segera saya melakukan laporan bahwa kantor dan staff yang ada dalam kondisi baik. Dari radio aku mendengar berturut-turut tiap agency lain melaporkan keadaannya, dan syukurlah dari yang aku dengar semua dalam keadaan baik.
Kemudian aku segera melaporkan gempa yang terjadi ke kantor Banda Aceh, sekaligus juga untuk menukar informasi apakah juga terasa gempa di sana. Dari Banda Aceh aku mendapat informasi bahwa di Banda Aceh hanya terjadi gempa kecil. Berdasarkan hal tersebut aku menduga bahwa pusat gempa tidaklah jauh dari Meulaboh. Dari situs BMG kemudian aku ketahui kalo memang pusatnya hanyalah 17 km sebelah tenggara Meulaboh.
Setelah keadaan tenang, aku kemudian baru merasa lemas, dan aku baru sadar kalo aku sebetulnya juga panik, atau mungkin inilah yang disebut dengan post traumatic (?). Mungkin juga ^^. Tapi syukurlah semuanya dalam keadaan baik hari ini.
"This is not our time gentleman, this is not our time." (meminjam kata-kata Robert E. Lee dalam film God and General saat beliau nyaris terkena ledakan meriam).
(*) ilustrasi gempa bumi, meski perasaan sih gak nyambung sama sekali ^^
Monday, July 18, 2005
Minggu Basah
"Kita harus cari rumah lagi nih, tapi jangan yang bermasalah dengan air seperti kemarin" cetus salah seorang kawanku di rumah kontrakan.
"Iya, betul, dulu kita gak ada air, pam gak jalan, sekarang malah kelebihan, alias banjir, buset dah" sahutku menimpali.
...
Itulah sekelumit pembicaraan pada pagi hari setelah peristiwa pengungsian kami pada malam sebelumnya akibat banjir di rumah. Yap, kami terpaksa mengungsi dari rumah pada malam Jumat minggu kemarin akibat banjir yang menggenangi rumah kami. Minggu kemarin adalah minggu yang basah, hampir setiap hari terjadi hujan yang cukup besar di Meulaboh ini. Padahal pada minggu-minggu sebelumnya selalu panas, hingga 40 derajat celcius di siang hari. Namun, minggu pada kemarin jangankan panas, mataharipun hanya beberapa kali mendapat kesempatan memperlihatkan dirinya.
Pada hari kamis tersebut, mulai dari hari Rabu malam sebelumnya, hujan turun terus menerus sepanjang hari. Kadang memang sedikit terang, meski masih gerimis, tapi selebihnya hujan deras mengguyur. Malam itu aku dan seorang kawan dari Banda Aceh, yang kebetulan menginap di tempat kami untuk sementara, pulang ke rumah, dan mendapatkan rumah kami telah tergenang air hingga 20-30cm. Tidak parah memang, tapi masalahnya semua kasur di rumah kami diletakkan di lantai, tidak menggunakan dipan. Belum rata-rata kawan-kawanku meletakkan hampir semua barang-barangnya di lantai.
Aku dan kawanku memasuki rumah dan mendapati sebuah kasur sudah mengapung, beberapa CD dan DVD, panci, dan beberapa barang lain terlihat mengapung. Kami pun segera mengangkat beberapa barang sebisa kami dan meletakkannya di tempat yang agak tinggi. Meski sudah terlambat. Tak berapa lama kemudian seorang kawan kami yang lain datang, beserta dua orang kawan dari Banda Aceh yang juga bermaksud menginap di tempat kami.
"Gile, kalian kebanjiran? Jadi gak bisa nginap sini dong" kata mereka sambil tertawa.
"Iya nih, kayaknya kami sendiri harus cari tempat lain deh" kata kawanku.
Jadilah mereka kembali ke penginapan mereka, dan kami bertiga membereskan beberapa barang terlebih dahulu sebisa kami. Jam telah menunjukkan pukul 10.24, tapi mobil jemputan tak juga kelihatan. Kalau tidak hujan sih kami tidak masalah jalan kaki ke rumah 1 (tempat penginapan bila ada staff datang). Berhubung hujan masih cukup deras, terpaksa kami menunggu mobil kantor untuk menjemput (mengevakuasi) kami ke rumah 1.
Tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti dan "Oy, ngopo kowe? Kebanjiran yo?". Terdengar suara orang dengan logat jawa yang cukup aku kenal baik. Anak yogya, staff dari agency tetangga kami, yang tak jauh dari tempat kontrakan kami. Mereka pun menawarkan untuk membawa kami ke rumah 1 dengan mobil mereka. Fiuhh, untung juga, jadi kami tidak perlu menunggu lebih lama. Terlebih dengan adanya para lintah (Betul, l i n t a h, yap, bukan lintah darat, tapi lintah beneran..) yang mulai melancarkan serbuan memasuki rumah, kami tidak ingin lebih berlama-lama lagi berada di situ.
...
Hari minggu kemarin kami pun beres-beres rumah, dan menjemur baju, kasur, dan barang-barang lain yang basah. Korban materi pun lumayan banyak, mulai dari charger hp, charger radio, baterai cadangan, buku-buku, dll. Meski demikian salah seorang kawan kami berujar masih untung hanya korban materi, masih bisa diganti, masih jauh lebih baik daripada kena tsunami, demikian katanya. Memang betul yang dikatakannya, banjir ini masih belumlah ada apa-apanya dibandingkan tsunami yang melanda kawasan ini pada akhir tahun lalu.
Meulaboh, 18 Juli 2005
For Hotel Delta Base crew, thanks for your help ^^ Nice
"Iya, betul, dulu kita gak ada air, pam gak jalan, sekarang malah kelebihan, alias banjir, buset dah" sahutku menimpali.
...
Itulah sekelumit pembicaraan pada pagi hari setelah peristiwa pengungsian kami pada malam sebelumnya akibat banjir di rumah. Yap, kami terpaksa mengungsi dari rumah pada malam Jumat minggu kemarin akibat banjir yang menggenangi rumah kami. Minggu kemarin adalah minggu yang basah, hampir setiap hari terjadi hujan yang cukup besar di Meulaboh ini. Padahal pada minggu-minggu sebelumnya selalu panas, hingga 40 derajat celcius di siang hari. Namun, minggu pada kemarin jangankan panas, mataharipun hanya beberapa kali mendapat kesempatan memperlihatkan dirinya.
Pada hari kamis tersebut, mulai dari hari Rabu malam sebelumnya, hujan turun terus menerus sepanjang hari. Kadang memang sedikit terang, meski masih gerimis, tapi selebihnya hujan deras mengguyur. Malam itu aku dan seorang kawan dari Banda Aceh, yang kebetulan menginap di tempat kami untuk sementara, pulang ke rumah, dan mendapatkan rumah kami telah tergenang air hingga 20-30cm. Tidak parah memang, tapi masalahnya semua kasur di rumah kami diletakkan di lantai, tidak menggunakan dipan. Belum rata-rata kawan-kawanku meletakkan hampir semua barang-barangnya di lantai.
Aku dan kawanku memasuki rumah dan mendapati sebuah kasur sudah mengapung, beberapa CD dan DVD, panci, dan beberapa barang lain terlihat mengapung. Kami pun segera mengangkat beberapa barang sebisa kami dan meletakkannya di tempat yang agak tinggi. Meski sudah terlambat. Tak berapa lama kemudian seorang kawan kami yang lain datang, beserta dua orang kawan dari Banda Aceh yang juga bermaksud menginap di tempat kami.
"Gile, kalian kebanjiran? Jadi gak bisa nginap sini dong" kata mereka sambil tertawa.
"Iya nih, kayaknya kami sendiri harus cari tempat lain deh" kata kawanku.
Jadilah mereka kembali ke penginapan mereka, dan kami bertiga membereskan beberapa barang terlebih dahulu sebisa kami. Jam telah menunjukkan pukul 10.24, tapi mobil jemputan tak juga kelihatan. Kalau tidak hujan sih kami tidak masalah jalan kaki ke rumah 1 (tempat penginapan bila ada staff datang). Berhubung hujan masih cukup deras, terpaksa kami menunggu mobil kantor untuk menjemput (mengevakuasi) kami ke rumah 1.
Tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti dan "Oy, ngopo kowe? Kebanjiran yo?". Terdengar suara orang dengan logat jawa yang cukup aku kenal baik. Anak yogya, staff dari agency tetangga kami, yang tak jauh dari tempat kontrakan kami. Mereka pun menawarkan untuk membawa kami ke rumah 1 dengan mobil mereka. Fiuhh, untung juga, jadi kami tidak perlu menunggu lebih lama. Terlebih dengan adanya para lintah (Betul, l i n t a h, yap, bukan lintah darat, tapi lintah beneran..) yang mulai melancarkan serbuan memasuki rumah, kami tidak ingin lebih berlama-lama lagi berada di situ.
...
Hari minggu kemarin kami pun beres-beres rumah, dan menjemur baju, kasur, dan barang-barang lain yang basah. Korban materi pun lumayan banyak, mulai dari charger hp, charger radio, baterai cadangan, buku-buku, dll. Meski demikian salah seorang kawan kami berujar masih untung hanya korban materi, masih bisa diganti, masih jauh lebih baik daripada kena tsunami, demikian katanya. Memang betul yang dikatakannya, banjir ini masih belumlah ada apa-apanya dibandingkan tsunami yang melanda kawasan ini pada akhir tahun lalu.
Meulaboh, 18 Juli 2005
For Hotel Delta Base crew, thanks for your help ^^ Nice
Sunday, July 10, 2005
1 2 3, angkat ... !
Duh, capeknya diriku hari ini. Akhirnya setelah beberapa minggu non stop tanpa refreshing, ceileee, kesannya bener-bener kerja keras, padahal sih nyante aja, cuman emang sih gak ada hiburan selain nonton DVD di komputer and dengerin lagu, garing gak sih. Anyway, akhirnya kami jalan-jalan juga ke pantai, pantai Sinagan. Sebetulnya ini jalan-jalan yang kedua selama di Aceh. Ketika di Banda Aceh kami juga jalan-jalan cukup jauh, Tsunami Tour, kalo kata ex bos IT kami di Banda Aceh. (You already in Norway bos? nice to be back home again eh? good luck ^^).
Jadi ingat ketika di Banda Aceh, waktu itu karena menunggu jatah pesawat ke Meulaboh, aku harus transit 3 hari di Banda Aceh. Kebetulan waktu itu bos IT kami di Banda Aceh akan pulang ke kampung halamannya di Norway, karena kebetulan kontrak dengan kami sudah habis, dan dia ingin pulang. Oleh karena itu, jadilah aku dan orang-orang IT lain diajak jalan-jalan, makan dsb. Cukup asik. Banyak hal menarik ketika itu, apalagi bagiku ini adalah pengalaman baru pergi jauh dari kampung halaman. Di samping itu juga, 3 minggu terakhir sebelum itu benar-benar masa yang melelahkan, maklum aja mesti beresin kerjaan di kantor lama, dan pindahan rumah, capek banget rasanya. Sehingga rasanya senang sekali bisa jalan-jalan, sekedar melepas penat.
Salah satu hal yang paling menarik adalah adanya sebuah kapal di tengah kota Banda Aceh. Yap, betul, kapal di tengah kota. Dan bukan sekedar kapal, tapi kapal yang cukup besar, kapal itu merupakan salah satu kapal pembangkit listrik untuk Aceh, PLTD Apung. Duh, sayang tidak ada fotonya. Yang cukup mengagumkan adalah kapal tersebut terdampar jauh di daratan, mungkin sekitar 3 km dari pantai, tapi tidak mengalami kerusakan berarti. Adanya kapal ini di tengah kota menjadikan banyak orang tertarik untuk melihat tempat ini, sehingga cukup ramai. Dan kemarin aku baca koran Serambi, ada pasangan yang mengadakan pernikahannya di atas kapal ini. Menarik juga.
Kembali ke Meulaboh, hari ini kami oleh Head of Office kami diajak ke pantai untuk refreshing. Jadilah kami rombongan satu mobil pergi ke pantai. Sepanjang perjalanan menuju ke pantai, aku banyak melihat bekas-bekas tsunami dan juga gempa bumi. Banyak masih kami melihat tenda-tenda dan bangunan darurat di sepanjang perjalanan kami ke sana. Cukup suram. Tapi ketika kami sampai ke pantai, semua kesan suram itu terhapus akan keindahan pantai di sana. Sebetulnya dibandingkan dengan pantai Parangtritis di Yogya, pantai Kuta di Bali, memang masih kalah indah. Akan tetapi yang membuat tempat ini menarik adalah tempatnya yang masih asli dan sepi. Sehingga seolah-olah pantai tersebut adalah milik kami, dan dapat kami nikmati sepuasnya.
Menurut bapak-bapak driver yang mengantar kami ke pantai, sebetulnya garis pantai tersebut dulunya bukan di situ, tapi akibat tsunami sehingga garis pantainya lebih ke dalam sekitar 400-500 meter. Aku ingat di Banda Aceh driver kami juga menyebutkan hal yang sama, bahkan di beberapat tempat pantai masuk hingga 1 km lebih.
Ketika kami sampai, segera kami mencari tempat untuk nongkrong. Entah dapat ide darimana, Field Officer kami mengajak untuk mengangkat satu balok kayu besar untuk duduk. Buset dah, kayunya cukup besar bow ^^. Jadilah kami yang cowok-cowok, berenam, mengangkat balok tersebut. 1 2 3, angkat ...!, kata bos kami memberi aba-aba dengan aksen yang aneh, maklum bukan orang Indo. Lumayan jauh juga kami mengangkatnya, sekitar 70-80 m. Cukuplah untuk pemanasan dan bikit perut makin laper.
Segera setelah mengatur letak balok tersebut. 2 orang dari kami segera melepas baju dan langsung berlari menuju pantai dan langsung mencebur di antara ombak. Buset dah, batinku, dasar orang bule .. ^^. Tapi mereka berdua memang kelihatan cukup jago berenang, di antara ombak itu terlihat mereka asik berenang bolak-balik ke pantai. Duh sayang aku gak bisa berenang, jadi pengen. Jadilah aku dan seorang kawan hanya bermain ombak di tepi pantai, tapi cukuplah membuat kami basah kuyup dan penuh pasir ^^. Menyenangkan. Teman kami yang dari Irlandia hanya tertawa melihat kami dan asik mendengarkan lagu dari iPod nya. Ketika aku tanya apa dia mau berenang juga, dia tertawa dan menjawab "not a f****in way". Setelah itu dia menjelaskan kalau dia sebelumnya pernah kesitu dan terseret ombak cukup jauh, nyaris tenggelam, tapi untung ada teman-teman lain yang jago berenang dan menyelamatkannya. Mendengar itu aku jadi berhati-hati untuk tidak bermain ombak terlalu jauh.
Kami juga mengadakan permainan bola kecil-kecilan, yang kembali membuat kami penuh pasir akibat jatuh bangun di tepi pantai yang berpasir tersebut. Ketika hari menjelang siang kamipun makan siang di tepi pantai tersebut. Nasi dengan ikan goreng dan udang bakar, terasa agak aneh bercampur sambal dan pasir maupun garam. Tapi berhubung kami semua sudah kelaparan jadi kami makan saja ^^.
Selepas makan, kami pun beranjak pulang. Terlihat beberapa mobil, baik dari NGO lain, maupun mobil pribadi mulai berdatangan. Kata temanku memang kalau sore pantai ini sudah mulai ramai, apalagi malam sabtu atau malam minggu seperti ini.
notes: Gambar di atas bukan gambar pantai Sinagan, hanya aku ambil secara acak dari internet, sekedar ilustrasi ^^
Meulaboh, 10 July 2005
Jadi ingat ketika di Banda Aceh, waktu itu karena menunggu jatah pesawat ke Meulaboh, aku harus transit 3 hari di Banda Aceh. Kebetulan waktu itu bos IT kami di Banda Aceh akan pulang ke kampung halamannya di Norway, karena kebetulan kontrak dengan kami sudah habis, dan dia ingin pulang. Oleh karena itu, jadilah aku dan orang-orang IT lain diajak jalan-jalan, makan dsb. Cukup asik. Banyak hal menarik ketika itu, apalagi bagiku ini adalah pengalaman baru pergi jauh dari kampung halaman. Di samping itu juga, 3 minggu terakhir sebelum itu benar-benar masa yang melelahkan, maklum aja mesti beresin kerjaan di kantor lama, dan pindahan rumah, capek banget rasanya. Sehingga rasanya senang sekali bisa jalan-jalan, sekedar melepas penat.
Salah satu hal yang paling menarik adalah adanya sebuah kapal di tengah kota Banda Aceh. Yap, betul, kapal di tengah kota. Dan bukan sekedar kapal, tapi kapal yang cukup besar, kapal itu merupakan salah satu kapal pembangkit listrik untuk Aceh, PLTD Apung. Duh, sayang tidak ada fotonya. Yang cukup mengagumkan adalah kapal tersebut terdampar jauh di daratan, mungkin sekitar 3 km dari pantai, tapi tidak mengalami kerusakan berarti. Adanya kapal ini di tengah kota menjadikan banyak orang tertarik untuk melihat tempat ini, sehingga cukup ramai. Dan kemarin aku baca koran Serambi, ada pasangan yang mengadakan pernikahannya di atas kapal ini. Menarik juga.
Kembali ke Meulaboh, hari ini kami oleh Head of Office kami diajak ke pantai untuk refreshing. Jadilah kami rombongan satu mobil pergi ke pantai. Sepanjang perjalanan menuju ke pantai, aku banyak melihat bekas-bekas tsunami dan juga gempa bumi. Banyak masih kami melihat tenda-tenda dan bangunan darurat di sepanjang perjalanan kami ke sana. Cukup suram. Tapi ketika kami sampai ke pantai, semua kesan suram itu terhapus akan keindahan pantai di sana. Sebetulnya dibandingkan dengan pantai Parangtritis di Yogya, pantai Kuta di Bali, memang masih kalah indah. Akan tetapi yang membuat tempat ini menarik adalah tempatnya yang masih asli dan sepi. Sehingga seolah-olah pantai tersebut adalah milik kami, dan dapat kami nikmati sepuasnya.
Menurut bapak-bapak driver yang mengantar kami ke pantai, sebetulnya garis pantai tersebut dulunya bukan di situ, tapi akibat tsunami sehingga garis pantainya lebih ke dalam sekitar 400-500 meter. Aku ingat di Banda Aceh driver kami juga menyebutkan hal yang sama, bahkan di beberapat tempat pantai masuk hingga 1 km lebih.
Ketika kami sampai, segera kami mencari tempat untuk nongkrong. Entah dapat ide darimana, Field Officer kami mengajak untuk mengangkat satu balok kayu besar untuk duduk. Buset dah, kayunya cukup besar bow ^^. Jadilah kami yang cowok-cowok, berenam, mengangkat balok tersebut. 1 2 3, angkat ...!, kata bos kami memberi aba-aba dengan aksen yang aneh, maklum bukan orang Indo. Lumayan jauh juga kami mengangkatnya, sekitar 70-80 m. Cukuplah untuk pemanasan dan bikit perut makin laper.
Segera setelah mengatur letak balok tersebut. 2 orang dari kami segera melepas baju dan langsung berlari menuju pantai dan langsung mencebur di antara ombak. Buset dah, batinku, dasar orang bule .. ^^. Tapi mereka berdua memang kelihatan cukup jago berenang, di antara ombak itu terlihat mereka asik berenang bolak-balik ke pantai. Duh sayang aku gak bisa berenang, jadi pengen. Jadilah aku dan seorang kawan hanya bermain ombak di tepi pantai, tapi cukuplah membuat kami basah kuyup dan penuh pasir ^^. Menyenangkan. Teman kami yang dari Irlandia hanya tertawa melihat kami dan asik mendengarkan lagu dari iPod nya. Ketika aku tanya apa dia mau berenang juga, dia tertawa dan menjawab "not a f****in way". Setelah itu dia menjelaskan kalau dia sebelumnya pernah kesitu dan terseret ombak cukup jauh, nyaris tenggelam, tapi untung ada teman-teman lain yang jago berenang dan menyelamatkannya. Mendengar itu aku jadi berhati-hati untuk tidak bermain ombak terlalu jauh.
Kami juga mengadakan permainan bola kecil-kecilan, yang kembali membuat kami penuh pasir akibat jatuh bangun di tepi pantai yang berpasir tersebut. Ketika hari menjelang siang kamipun makan siang di tepi pantai tersebut. Nasi dengan ikan goreng dan udang bakar, terasa agak aneh bercampur sambal dan pasir maupun garam. Tapi berhubung kami semua sudah kelaparan jadi kami makan saja ^^.
Selepas makan, kami pun beranjak pulang. Terlihat beberapa mobil, baik dari NGO lain, maupun mobil pribadi mulai berdatangan. Kata temanku memang kalau sore pantai ini sudah mulai ramai, apalagi malam sabtu atau malam minggu seperti ini.
notes: Gambar di atas bukan gambar pantai Sinagan, hanya aku ambil secara acak dari internet, sekedar ilustrasi ^^
Meulaboh, 10 July 2005
Memancing Dengan Umpan Kecil
Pelajaran akan hidup tidak ada hubungannya dengan gelar dan jabatan. Pagi ini aku terlibat perbincangan dengan salah seorang staff kami, seorang security. Mula-mula kami membicarakan akan kontrak beliau yang sedang diperbarui. Kontrak tersebut seluruhnya menggunakan bahasa Inggris. Yang kemarin beliau meminta saya menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Dalam perbincangan tersebut saya mengungkapkan keheranan saya dan atasan saya kenapa kontrak tersebut dalam bahasa Inggris seluruhnya, mengingat Bapak tersebut tidaklah bisa menggunakan Bahasa Inggris sama sekali. Kami pikir minimal kontrak tersebut harus dibuat rangkap dua, 1 bahasa Inggris, dan 1 dalam bahasa Indonesia.
Saya tanya ketika itu ketika menandatanganinya apa beliau mengerti apa yang tertera dalam kontrak tersebut. "Yang saya tahu sih cuman angkanya, hahaha" katanya seraya tertawa. Saya pun tertawa mendengar jawaban Bapak tersebut. Dari pembicaraan ini kami kemudian berbincang mengenai banyak hal. Mulai dari panasnya udara di Meulaboh ini, hingga ke banyak hal lain.
Salah satu hal yang menarik adalah ketika beliau berbicara mengenai pengalaman kerjanya. Ketika dulu bagaimana dia mulai dari bekerja dari bengkel dan kemudian bekerja di suatu perusahaan listrik. Beliau mengungkapkan sebetulnya bila dilihat dari pendapatan, ketika bekerja di perusahaan listrik ini justru pendapatannya lebih kecil daripada sebelumnya. Kenapa dia mau bekerja di perusahaan listrik tersebut, adalah karena beliau merasa perlu untuk menambah pengalaman dan keahliannya. Di samping itu beliau juga percaya bahwa karir adalah bersifat akar mengakar seperti mata rantai. Dengan bekerja di perusahaan listrik ini, disamping mendapatkan pengalaman baru, beliau juga berharap untuk memperluas pergaulannya. Kalau istilah kerennya menambah koneksi. Dan memang menurut beliau setelah beberapa lama bekerja di sana, beliau pun mulai mendapatkan kenalan dan pekerjaan-pekerjaan baru, seiring dengan itu pendapatannya pun bertambah.
Beliau juga menekankan akan pentingnya untuk mengatur penghasilan kita dan menabung semampu kita. Bagian mana yang harus kita gunakan untuk orang lain, seperti misalnya untuk keluarga kita. Bagian mana yang harus kita tabung, dan mana yang harus kita gunakan untuk keperluan kita. Beliau juga mengingatkan akan pentingnya memberikan sebagian penghasilan kita untuk keluarga, terutama orangtua kita. Bukan jumlahnya yang penting, tapi maknanyalah yang penting, ungkap beliau. Lebih bagus bila kita mungkin memberikannya dalam bentuk barang atau sesuatu yang kita tahu sedang dibutuhkan. Ini merupakan tanda perhatian terhadap keluarga, dan di lain pihak juga untuk menunjukkan bahwa kita telah benar dapat hidup mandiri.
Mengenai pekerjaan beliau juga menambahkan agar kita tidak takut menjalani pekerjaan kita, selama itu halal. Karena beliau yakin apapun yang kita lakukan akan membawa kita ke suatu tempat. Pengalaman yang telah kita alami suatu ketika akan memberikan manfaatnya yang besar tanpa kita sadari. Mulanya mungkin kecil dan kelihatan sepele, tapi siapa yang tahu kemudian hari. Beliau mengungkapkannya dengan kata-kata 'dengan umpan kecil mendapatkan hasil yang besar'. Mungkin ini sebenarnya pepatah dari bahasa Aceh, yang bila diterjemahkan mungkin tidak pas. Tapi maknanya kurang lebih dapat saya tangkap.
Orang bisa mendapatkan gelar dan jabatan yang tinggi, tapi dalam hal pelajaran hidup, setiap orang saya percaya memiliki pengalaman dan pelajarannya masing-masing. Masalahnya adalah bagaimana kita bisa belajar dari pengalaman dan pelajaran orang lain.
Sekali lagi : "stay hunger, stay foolish"
Saya tanya ketika itu ketika menandatanganinya apa beliau mengerti apa yang tertera dalam kontrak tersebut. "Yang saya tahu sih cuman angkanya, hahaha" katanya seraya tertawa. Saya pun tertawa mendengar jawaban Bapak tersebut. Dari pembicaraan ini kami kemudian berbincang mengenai banyak hal. Mulai dari panasnya udara di Meulaboh ini, hingga ke banyak hal lain.
Salah satu hal yang menarik adalah ketika beliau berbicara mengenai pengalaman kerjanya. Ketika dulu bagaimana dia mulai dari bekerja dari bengkel dan kemudian bekerja di suatu perusahaan listrik. Beliau mengungkapkan sebetulnya bila dilihat dari pendapatan, ketika bekerja di perusahaan listrik ini justru pendapatannya lebih kecil daripada sebelumnya. Kenapa dia mau bekerja di perusahaan listrik tersebut, adalah karena beliau merasa perlu untuk menambah pengalaman dan keahliannya. Di samping itu beliau juga percaya bahwa karir adalah bersifat akar mengakar seperti mata rantai. Dengan bekerja di perusahaan listrik ini, disamping mendapatkan pengalaman baru, beliau juga berharap untuk memperluas pergaulannya. Kalau istilah kerennya menambah koneksi. Dan memang menurut beliau setelah beberapa lama bekerja di sana, beliau pun mulai mendapatkan kenalan dan pekerjaan-pekerjaan baru, seiring dengan itu pendapatannya pun bertambah.
Beliau juga menekankan akan pentingnya untuk mengatur penghasilan kita dan menabung semampu kita. Bagian mana yang harus kita gunakan untuk orang lain, seperti misalnya untuk keluarga kita. Bagian mana yang harus kita tabung, dan mana yang harus kita gunakan untuk keperluan kita. Beliau juga mengingatkan akan pentingnya memberikan sebagian penghasilan kita untuk keluarga, terutama orangtua kita. Bukan jumlahnya yang penting, tapi maknanyalah yang penting, ungkap beliau. Lebih bagus bila kita mungkin memberikannya dalam bentuk barang atau sesuatu yang kita tahu sedang dibutuhkan. Ini merupakan tanda perhatian terhadap keluarga, dan di lain pihak juga untuk menunjukkan bahwa kita telah benar dapat hidup mandiri.
Mengenai pekerjaan beliau juga menambahkan agar kita tidak takut menjalani pekerjaan kita, selama itu halal. Karena beliau yakin apapun yang kita lakukan akan membawa kita ke suatu tempat. Pengalaman yang telah kita alami suatu ketika akan memberikan manfaatnya yang besar tanpa kita sadari. Mulanya mungkin kecil dan kelihatan sepele, tapi siapa yang tahu kemudian hari. Beliau mengungkapkannya dengan kata-kata 'dengan umpan kecil mendapatkan hasil yang besar'. Mungkin ini sebenarnya pepatah dari bahasa Aceh, yang bila diterjemahkan mungkin tidak pas. Tapi maknanya kurang lebih dapat saya tangkap.
Orang bisa mendapatkan gelar dan jabatan yang tinggi, tapi dalam hal pelajaran hidup, setiap orang saya percaya memiliki pengalaman dan pelajarannya masing-masing. Masalahnya adalah bagaimana kita bisa belajar dari pengalaman dan pelajaran orang lain.
Sekali lagi : "stay hunger, stay foolish"
Saturday, July 02, 2005
1st week in Meulaboh
Duh, rasanya kangen deh dengan buku-bukuku. Agak menyesal juga kemarin waktu kesini gak bisa bawa banyak buku. Mana malam mingguan jauh dari kampung halaman, di kota yang masih berusaha bangun dari kesakitannya. Ya, Meulaboh dahulunya kota yang besar, kata orang disini sih, aku belum pernah kesini sebelumnya. Semenjak bencana 26 Des 2004, kota ini sekarang memang sudah jauh lebih baik. Di sini kita sudah cukup mudah mencari barang-barang kebutuhan kita. Jalanan pun sudah ramai. Tetapi tetaplah belum bisa disamakan dengan Banda Aceh. Di Banda Aceh sudah banyak tempat makan yang bisa kita kunjungi. Lagipula di Banda Aceh kita sudah bisa lebih bebas berjalan-jalan tanpa perlu mengikuti banyak prosedur seperti di sini.
Sepertinya aku mulai merasa agak bosan juga disini. Karena praktis disini kami tidak bisa kemana-mana, lagipula karena masih dianggap daerah bencana kami juga tidak bisa berjalan-jalan seenaknya. Terpaksa deh aku lebih banyak di kantor atau di rumah, mencari kesibukan dengan laptopku, eh pinjeman dari kantor sih sebenernya ^^. Duh, sayang deh gak bawa banyak buku (lagi lagi dech ^^).
Tapi aku merasa bersyukur juga dengan kepergianku kemari. Banyak pengalaman baru yang aku dapat disini. Bertemu dan bergaul dengan orang-orang baru. Saat ini selain orang Meulaboh, di sini juga banyak expatriat (bule, kalo orang inggris bilang), banyak juga orang dari berbagai tempat di Indonesia. Kadang juga bahasa menjadi hambatan di sini. Sering ketika menemani bosku yang orang rusia ke lapangan, aku harus menjadi penterjemah. Kadang juga lucunya terjemahannya tidak sekali tapi dua kali. Pernah kejadian kami pergi ke lapangan, kami harus bicara dengan orang setempat yang empunya rumah. Eh rupanya beliau tidak lancar bahasa Indonesia. Alhasil setiap bosku bicara, aku terjemahkan ke bahasa Indonesia, kemudian oleh driver kami diterjemahkan lagi ke bahasa Aceh. Menarik, dan sedikit lucu. Mana kadang aku juga terjemahan bahasa Inggrisnya ngawur, hahaaha. Kalau mendengar sih lumayan lancar, giliran aku harus terjemahkan balik ke bahasa Inggris pasti gelagapan deh. Hehe.
Aku merasa bersyukur juga karena dengan begini aku mendapatkan suasana baru. Meskipun kalo dari sisi pekerjaan cukup melelahkan. Tidak berat, tapi karena kami masih di daerah berstatus emergency, jam kerjanya lumayan banyak. Kami harus standby di kantor dari jam 8 pagi s.d. jam 7 malam dari hari Senin s.d. Sabtu. Tapi kalo dipikir juga ketika di Bandung justru lebih melelahkan. Memang jam kerja waktu di Bandung hanya jam 8 sampai jam 5, tapi bila dihitung juga perjalanan wah, dari jam 6 pagi sampai jam 8 malam. Lebih capek deh.
Senangnya juga banyak peralatan baru yang aku temui disini. Bahkan ada alat-alat IT yang sebelumnya aku belum pernah lihat sama sekali ^^. Jadi kadang aku merasa gaptek juga disini, hehe. Di sini radio menjadi sarana komunikasi utama selain selular. Akupun jadi harus belajar komunikasi radio. Keren juga, karena tiap kami disini mempunyai callsign sendiri. Kayak di film-film hollywood deh. Bravo Foxtrot one to Bravo Charlie Three dst ..., keren, meski kadang sebel karena musti nginget callsign orang ^^.
Ada pengalaman menarik juga dengan salah seorang security di sini. Beliau cukup ramah, banyak bercerita. Dan aku rasa sangat terbuka. Seringkali sih kami di IT direcoki oleh beliau, bertanya gimana pake komputer, apa ini, apa itu. Yang menarik dari beliau menurutku beliau, meskipun sudah cukup berumur, tapi tidak segan untuk bertanya ke kami-kami ini yang jauh lebih muda dari beliau. Keterbukaannya untuk menyerap hal baru seperti anak kecil lah yang menarik. Kadang kita yang sudah merasa 'tua' sering merasa gengsi bila harus bertemu hal baru. Seperti diriku juga, baru kepala dua, tapi udah sering gengsi bila harus bertanya ini itu tentang teknologi baru. Ya, seperti jadi diingatkan juga bahwa kita senantiasa harus siap belajar dan mengakui keterbatasan kita. Keterbatasan adalah hal yang wajar bagi kita manusia, jadi kenapa malu ^^. Kata Steve Jobs juga: "stay hunger, stay foolish". Kurasa kata-katanya cocok untuk konteks ceritaku ini.
Begitulah kisahku hari ini, eh minggu ini. We'll see again lah.
Dari kantor yang mulai sepi,
Meulaboh, 2 Juli 2005
Terimakasih Tuhan, telah membawaku ke pengalaman baru dan menyapaku ... .
Sepertinya aku mulai merasa agak bosan juga disini. Karena praktis disini kami tidak bisa kemana-mana, lagipula karena masih dianggap daerah bencana kami juga tidak bisa berjalan-jalan seenaknya. Terpaksa deh aku lebih banyak di kantor atau di rumah, mencari kesibukan dengan laptopku, eh pinjeman dari kantor sih sebenernya ^^. Duh, sayang deh gak bawa banyak buku (lagi lagi dech ^^).
Tapi aku merasa bersyukur juga dengan kepergianku kemari. Banyak pengalaman baru yang aku dapat disini. Bertemu dan bergaul dengan orang-orang baru. Saat ini selain orang Meulaboh, di sini juga banyak expatriat (bule, kalo orang inggris bilang), banyak juga orang dari berbagai tempat di Indonesia. Kadang juga bahasa menjadi hambatan di sini. Sering ketika menemani bosku yang orang rusia ke lapangan, aku harus menjadi penterjemah. Kadang juga lucunya terjemahannya tidak sekali tapi dua kali. Pernah kejadian kami pergi ke lapangan, kami harus bicara dengan orang setempat yang empunya rumah. Eh rupanya beliau tidak lancar bahasa Indonesia. Alhasil setiap bosku bicara, aku terjemahkan ke bahasa Indonesia, kemudian oleh driver kami diterjemahkan lagi ke bahasa Aceh. Menarik, dan sedikit lucu. Mana kadang aku juga terjemahan bahasa Inggrisnya ngawur, hahaaha. Kalau mendengar sih lumayan lancar, giliran aku harus terjemahkan balik ke bahasa Inggris pasti gelagapan deh. Hehe.
Aku merasa bersyukur juga karena dengan begini aku mendapatkan suasana baru. Meskipun kalo dari sisi pekerjaan cukup melelahkan. Tidak berat, tapi karena kami masih di daerah berstatus emergency, jam kerjanya lumayan banyak. Kami harus standby di kantor dari jam 8 pagi s.d. jam 7 malam dari hari Senin s.d. Sabtu. Tapi kalo dipikir juga ketika di Bandung justru lebih melelahkan. Memang jam kerja waktu di Bandung hanya jam 8 sampai jam 5, tapi bila dihitung juga perjalanan wah, dari jam 6 pagi sampai jam 8 malam. Lebih capek deh.
Senangnya juga banyak peralatan baru yang aku temui disini. Bahkan ada alat-alat IT yang sebelumnya aku belum pernah lihat sama sekali ^^. Jadi kadang aku merasa gaptek juga disini, hehe. Di sini radio menjadi sarana komunikasi utama selain selular. Akupun jadi harus belajar komunikasi radio. Keren juga, karena tiap kami disini mempunyai callsign sendiri. Kayak di film-film hollywood deh. Bravo Foxtrot one to Bravo Charlie Three dst ..., keren, meski kadang sebel karena musti nginget callsign orang ^^.
Ada pengalaman menarik juga dengan salah seorang security di sini. Beliau cukup ramah, banyak bercerita. Dan aku rasa sangat terbuka. Seringkali sih kami di IT direcoki oleh beliau, bertanya gimana pake komputer, apa ini, apa itu. Yang menarik dari beliau menurutku beliau, meskipun sudah cukup berumur, tapi tidak segan untuk bertanya ke kami-kami ini yang jauh lebih muda dari beliau. Keterbukaannya untuk menyerap hal baru seperti anak kecil lah yang menarik. Kadang kita yang sudah merasa 'tua' sering merasa gengsi bila harus bertemu hal baru. Seperti diriku juga, baru kepala dua, tapi udah sering gengsi bila harus bertanya ini itu tentang teknologi baru. Ya, seperti jadi diingatkan juga bahwa kita senantiasa harus siap belajar dan mengakui keterbatasan kita. Keterbatasan adalah hal yang wajar bagi kita manusia, jadi kenapa malu ^^. Kata Steve Jobs juga: "stay hunger, stay foolish". Kurasa kata-katanya cocok untuk konteks ceritaku ini.
Begitulah kisahku hari ini, eh minggu ini. We'll see again lah.
Dari kantor yang mulai sepi,
Meulaboh, 2 Juli 2005
Terimakasih Tuhan, telah membawaku ke pengalaman baru dan menyapaku ... .
Subscribe to:
Posts (Atom)