Wednesday, February 15, 2012

Poin Penting Dua Pertemuan Terakhir Liverpool ManU

Di ajang Piala FA, Liverpool unggul 2-1 di kandang melawan ManU, dan kemudian ManU berhasil membalas dengan kemenangan 2-1 di Liga Inggris di Old Trafford pekan lalu. Ada beberapa poin menarik dalam dua pertandingan ini.

Pilihan Formasi & Kejelian Ferguson

Dalam dua kali pertemuan ini, Liverpool memilih menggunakan formasi 4-1-4-1. Meskipun secara umum formasi yang digunakan hampir sama dalam kedua pertandingan tersebut namun ada beberapa hal mendasar yang cukup berbeda, terutama dalam pilihan pemain dan pergerakan pemain. MU di lain pihak memilih menggunakan formasi mendekati 4-3-3 di ajang FA, dan kali ini memilih memainkan formasi standarnya, yaitu 4-4-1-1 dengan Rooney yang pulih dari cedera.

Dalam pertemuan pertama, Kenny Dalglish memilih menempatkan Carragher sebagai DM di dalam formasi 4-1-4-1, yang tidak efektif dan kemudian digantikan di babak kedua. Namun di pertemuan berikutnya, Kenny memilih menggunakan Jay Spearing. Ini pilihan yang wajar, karena Jay Spearing yang merupakan pemain natural untuk posisi DM, tentu merupakan opsi yang lebih baik dibandingkan Carragher.

Dalam pertemuan di piala FA, meskipun berakhir dengan kekalahan MU, namun perlu digarisbawahi bahwa secara keseluruhan MU boleh dibilang lebih menguasai jalannya permainan. Hal ini tentu juga dibaca oleh kedua pelatih, namun dengan kesimpulan dan pilihan yang berbeda. Menyadari bahwa MU cukup unggul dalam penguasaan bola di pertemuan pertama, padahal di kandang Liverpool, maka saat di Old Trafford, MU memilih memainkan formasi dasarnya 4-4-1-1, yang meskipun sangat boleh jadi karena adanya Rooney, yang cocok dalam formasi ini. Liverpool di lain pihak, memilih tetap menggunakan 4-1-4-1 dengan kembalinya Spearing.

Boleh jadi, Kenny memilih formasi 4-1-4-1 sebagai counter dari formasi 4-4-1-1 MU. Ini sebetulnya pilihan yang masuk akal, mengingat penguasaan bola dari MU yang lebih baik di pertemuan sebelumnya, dan secara teoritis 4-1-4-1 seharusnya dapat meredam 4-4-1-1, minimal di atas kertas.

Di sinilah kejelian Fergie dalam membaca lawan patut diapresiasi. Liverpool nyaris tidak memliliki gelandang bertahan lain selain Spearing yang cukup bisa diperhitungkan saat ini, tipis kemungkinan Liverpool akan memainkan lebih dari satu gelandang bertahan.  Menyadari hal ini, Fergie memilih menempatkan Valencia dan Giggs sebagai gelandang sayap. Valencia seperti di pertandingan pertama ditempatkan di posisi kanan luar, nyaris selalu berada di garis kanan lapangan MU. Dan persis seperti pertandingan pertama Enrique berulangkali dibuat kerepotan oleh penempatan Valencia ini.

Namun yang lebih menarik adalah penempatan Giggs kali ini. Giggs ditempatkan di sayap kiri, namun ketika menguasai bola Giggs lebih sering beroperasi ke tengah, nyaris sejajar dengan Rooney di belakang striker. Hal ini menimbulkan situasi 2v1 yaitu Giggs+Rooney vs Spearing. Situasi ini menjadi dilematis untuk Spearing dan Liverpool. Bila Spearing menjaga Giggs, maka Rooney bebas, dan bila Enrique bermain ke dalam untuk menjaga Rooney, maka Valencia menjadi bebas. Sebaliknya juga bila Spearing menjaga Rooney, maka Giggs bebas, dan bila Johnson menjaga Giggs, maka Liverpool juga akan kehilangan satu opsi untuk menyerang ke depan, mengingat daya offensive Johnson juga diperlukan.

Di lain pihak, formasi 4-1-4-1 adalah formasi yang rigid, di mana formasi ini menuntut pergerakan yang relatif kaku dan terpola. Formasi 4-1-4-1 umumnya harus bergerak maju teratur dengan umpan-umpan pendek dari kaki ke kaki dari belakang. Dalam hal ini pilihan Fergie untuk "mengurung" Spearing menjadi sangat masuk akal dan pilihan yang jitu. Dengan terkurungnya Spearing, otomatis pola 4-1-4-1 juga kehilangan efektivitasnya.

Saya tidak begitu mengerti kenapa di babak kedua Kenny memilih untuk tetap memainkan formasi ini, yang jelas didominasi oleh MU. Akan lebih baik mungkin bila Gerrard diplot sedikit lebih ke belakang dalam formasi mendekati 4-2-3-1 untuk menetralisir ancaman dari Rooney dan Giggs. Dalam formasi ini Enrique juga bisa bebas mengawal Valencia.

Tidak Dimaksimalkannya Keunggulan Dalam Bola Mati & Kelemahan De Gea

Dalam pertemuan di piala FA, terutama di babak pertama, berulang kali dalam bola-bola mati pemain Liverpool selalu menekan De Gea, dan ini cukup manjur dengan satu gol yang berhasil dicetak oleh Agger. Entah kenapa di babak kedua hal ini tidak dilakukan dan juga dalam pertemuan berikutnya hal ini kembali tidak dilakukan oleh Liverpool.

Kelemahan De Gea dalam bola mati dan dalam bola-bola atas tidak dieskploitasi oleh Kenny, padahal Liverpool memiliki keunggulan dalam kedua hal tersebut. Malahan Carrol tidak dimainkan dari awal dan baru dimasukkan di pertengahan babak kedua. Padahal gol kedua Liverpool di pertemuan sebelumnya tercipta berkat kejelian dan keunggulan Carrol dalam bola-bola atas yang menciptakan peluang untuk Dirk Kuyt.

No comments: